Kisah Perjalanan Seorang AKtivis
Jika ada suatu pilihan, yang berada didepan kita
semua & kita diharuskan untuk memilih pilihan tersebut. Tentang suatu
pertanyaan klasik nan sederhana, tentang apa mimpi, harapan & cita -
cita ketika sudah beranjak menjadi manusia dewasa kelak ? Pilot,
Pengusaha, Arsitek, Designer, Pelukis, Musisi, Presiden, Guru & Artis.
Itulah beberapa jawaban pertama & terdepan,
kita semua ketika timbul pertanyaan seperti itu yang seolah menjadi jawaban
monoton dari generasi ke generasi. Yang tidak akan berubah ditelan perkembangan
jaman sekali pun. Tapi bagaimana ketika anda & kita semua, mendengar
sesuatu yang berbeda yaitu mempunyai mimpi & cita – cita menjadi seorang Aktivis ?
Tidak peduli itu Aktivis Kemanusian, Sosial
& Lingkungan, tetapi tetap satu nama kesatuan yaitu Aktivis. Inilah
suatu pilihan yang banyak, dari anak muda saat ini menghindari jauh – jauh hal
tersebut. Bukan tanpa alasan, banyak anak muda yang menghindari pilihan menjadi Aktivis.
Karena sejatinya, menjadi seorang Aktivis tidak akan membuat mereka
kaya seperti menjadi karyawan atau pengusaha yang bercokol rapi & tegap
digedung mewah bertingkat yang berjajar rapi disetiap sudut jalan Sudirman.
Dan belum tentu bisa membuat kita, bisa pergi ke Paris,
New York, Berlin, Wina, Korea & Jepang. Seperti mimpi indah kita, ketika
tertidur lelap di atas kasur berbusa atau khayalan indah ketika membaca bait
per bait kata menjadi sebuah susunan kalimat indah dinovel fiksi.
Menjadi seorang Aktivis pun, tidak
mempunyai tunjangan pasti tentang hari tua ketika senja menjelang diperaduan.
Jangankan memikirkan tunjangan dihari tua nanti, untuk memikirkan gaji saja
tidak bisa karena tidak ada satu pun Aktivis yang dibayar atau
diberikan gaji seperti karyawan kantoran setiap bulannya. Entalah apa yang sesungguhnya
mereka cari selama ini dengan menjadi Aktivis, yang pasti mereka yakini
ketika memilih menjadi seorang Aktivis adalah hidup yang singkat ini
bisa lebih & lebih berguna ketika tangan, kaki, mata, telinga bisa berguna
untuk sesama mahluk hidup disekitar bukan hanya berguna diatas meja kantor nan
rapi & bersih.
Tidak butuh seorang Profesor, Dokter &
Sarjana dengan nilai Cumlaude Predikat A+ untuk menjadi seorang Aktivis.
Karena yang dibutuhkan menjadi seorang Aktivis, adalah rasa kepedulian
satu rasa, satu hati & satu keyakinan bahwa selagi hidup maka berbuat yang
terbaiklah untuk sesama mahluk hidup terutama manusia. Yang akan menjadi bekal
& episode penutup, yang akan membuat kita tenang ketika nanti menutup mata.
Tapi walau banyak anak muda yang menghindari
pilihan tersebut setiap detiknya, tapi setiap detiknya juga banyak tumbuh
generasi penerus Aktivis yang sudah menjelang usia senja. Seolah
negeri ini, tidak pernah lelah & letihnya melahirkan generasi yang tak
hanya sekedar pandai secara otak tapi juga generasi yang punya moral &
harapan lebih baik untuk Bumi Pertiwi ini. Tidak hanya lewat tutur
kata yang terlontar rapi dari mulut manis, tapi juga dari tindakan &
perbuatan.
Kesimpulan
: Pintar
itu belum tentu bermoral & punya moral, tapi bermoral itu pasti pintar.
Wahhh keren, bener banget tuh "Pintar itu belum tentu bermoral & punya moral, tapi bermoral itu pasti pintar,"
ReplyDeleteaku juga aktivis
ReplyDeleteselalu bikin puisi yang romantis
biar yang baca sentum manis
hehehe artikel yang sip... :)
jadi inget perkataan salah seorang teman saya yang juga seorang aktivis, katanya " kalo dapur belum mengepul, jangan pernat berniat jadi seorang aktivis"
ReplyDeletejadi aktivis memang tak akan menghasilkan gaji setiap bulannya ya...hehe
Andy seorang aktivis nggak ?
ReplyDeletescr otomatis manusia yg terlahir pst menjadi aktivis, aktivisx Allah yaitu beribadah dan mengajak manusia kpd kebaikan & mencegah manusia dr perbuatan mungkar *smile
ReplyDeleteaktivis? Rasanya cuma cocok saat menjadi mahasiswa deh.. Kalau setelah mahasiswa lebih enak jadi pemerhati :D
ReplyDeletewalaupun tidak jadi altivis kya di media tv stidaknya kita bermoral dan aktif dalam menegakkan kebenaran,,,
ReplyDeletesaya tidak ingin menjadi apa apa, saya hanya ingin menjadi bloger..
ReplyDeletebloger yang paling baik.
Semoga aja ada aktivis benar benar berjuang untuk kebaikan, bukan untuk kedudukan atau jabatan. Rata - rata mantan aktivis yang sudah hidup enak sudah tidak berani bersuara lagi.
ReplyDeletegak mudah menjadi aktivis ya..
ReplyDeleteAktivis itu bukan cuma di dunia politik aja, tapi pendakwah atau Ustad yang hidupnya di pedalaman juga bagiku seorang aktivis, bukan materi yang mereka cari melainkan udah panggilan hati u/ memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada orang lain, dan baik di mata Tuhan. Kayanya udah hukum alam deh bahwa akan selalu ada regenerasi. Ilmu dan iman harus sejajar, kalo salah satunya tidak ada bisa2 bukan manfaat yang didapat :)
ReplyDeletega semua yg bermoral pintar...
ReplyDeletemoral adalah sikap..
pintar adalah kemampuan otak...
jd beda....
namun orang yg pintar seharusnya bermoral karena kemampuan otaknya lebih baik...
:)
Profesi seorang aktivis itu berat. Mereka bukan hanya menghadapi diri sendiri tapi biasa juga kemapanan. Maka walau tak berminat jadi salah satu diantara mereka, saya selalu kagum pada mereka.
ReplyDeleteaye kagak pinter ngemeng didepan khalayak umum, jadi seorang aktivis entu kan berani bersuare dan mempertanggung jawabkan ape nyang die bilang, iye pan ye :D
ReplyDeleteentah kenapa tulisan ini yang nendang cuman kesimpulannya aja, mas.... hehehhe
ReplyDeletesetiap zaman memiliki sosok yang layak di banggakan :)
ReplyDeleteudah makin jarang yang mau terjun di dunia yang satu ini..
ReplyDeleteaktivis=aktivitas :)
ReplyDeletegimana kabar kasus munir? auk ah gelap (kata pemerintah)
Harus rela berkorban tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri.
ReplyDeletetambah satu lagi : jadilah aktivis yang bijak.. :)
ReplyDeletetapi kadang ada beberapa Aktivist yang ga 'sejalan' dengan tugas mulia yg diembannya
ReplyDelete"pintar" maknanya luas kan yah Ndy :)
ReplyDeletesetujuuu..!!!
ReplyDeletejadi blogger pinter ajah.. :p
Ya, dan para blogger adalah para aktivis kecil yang bisa merubah dan membuat senang setiap orang dgn tulisannya.. :)
ReplyDeleteAda baiknya menjadi aktifis sekaligus tidak menafikan kewajiban sebagai kepala keluarga, biar tetap bisa memperjuangkan org banyak tapi jg tdk membiarkan anak istri kelaparan. Dan satu lagi, jgn jadikan label aktivis sbagai lahan bisnis biar dapur ngebul, klo bgitu critanya sudah bukan aktivis lagi.lihatlah para ustadz di kmpung2 yg sbenarnya juga aktivis,mereka ikhlas menjalani itu tanpa keluhan karna mereka ingat janji Allaah,kalo kita mancari akhirat maka dunia akan kita dapatkan.saya ga pernah denger ada ustadz di kampung2 yg mati kelaparan. Teruskan saja apa yg anda yakini benar,dan tentukan mana yg jd prioritas. Silakan berfikir lebih dalam.
ReplyDeleteNgeri liat followers kakak, banyak beneeeeeeer :) sipp..!!
ReplyDeleteBaca aja deh, belum bisa menyimpulkan. Takut salah, yang pasti setuju dengan argumen Kak Andy, Pintar itu belum tentu bermoral & punya moral, tapi bermoral itu pasti pintar.
saya sepakat dengan kesimpulannya, dan orang pinter yang tidak bermoral itu mengerikan, karena pasti licik dan yang ada di kepalanya hanya kepentingannya..
ReplyDeletesedap banget kalimat terakhirnya "Pintar itu belum tentu bermoral & punya moral, tapi bermoral itu pasti pintar.", nice post. (y)
ReplyDeletemoral itu harus diutamakan. Bukan hanya mengandalkan otak saja. Orang pintar yg tak bermoral justru mlh berbahaya
ReplyDeleteTerpesona banget sama paragraf ini:
ReplyDelete"Tidak butuh seorang Profesor, Dokter & Sarjana dengan nilai Cumlaude Predikat A+ untuk menjadi seorang Aktivis. Karena yang dibutuhkan menjadi seorang Aktivis, adalah rasa kepedulian satu rasa, satu hati & satu keyakinan bahwa selagi hidup maka berbuat yang terbaiklah untuk sesama mahluk hidup terutama manusia. Yang akan menjadi bekal & episode penutup, yang akan membuat kita tenang ketika nanti menutup mata."
W.O.W.
waaaaa...
ReplyDeletesaya setuju banget sama kesimpulannya...
eh, jadi aktivis itu capekkkk...
tapi luar biasa pengalamannya supeeerrrrrrr!
:D
Wait...
ReplyDelete"Karena yang dibutuhkan menjadi seorang Aktivis, adalah rasa kepedulian satu rasa, satu hati & satu keyakinan bahwa selagi hidup maka berbuat yang terbaiklah untuk sesama mahluk hidup terutama manusia. "
Menurut saya, harus dibedakan dengan jelas antara pekerjaan dan karir. Jika menjadi aktivis tidak bisa membuat dapur mengepul, berarti kita harus berkarir di bidang yang lain yang menghasilkan asap di dapur sehingga pekerjaan kita sebagai aktivis tetap dapat kita kerjakan dengan baik. Dari kalimat abang di atas, jelas bahwa aktivis itu tidak bisa dijadikan 'karier'. sifatnya volunteer, bagi siapapun yang peduli.
Nah kalau ada yang menjadikan aktivis sebagai ladang bisnis, sudah jelas bahwasanya makna 'kepedulian' itu sudah berubah menjadi 'ketamakan'.
Saya setuju kalo ada beberapa kalimat yang harus ditilik lebih dalam maknanya dari beberapa sisi bang.
saya setuju dengan @Ades :)
ReplyDeleteSaya lebih ke arah bukan aktivis. Untuk peduli terhadap sesama saya rasa tidak harus menjadi seorang aktivis. Menjadi apapun itu pilihan setiap individu yang harus kita hormati.
Saya sangat menyukai para aktivis lingkungan hidup dan sosial. Mereka 'terkesan' lebih aware dengan lingkungan sekitar. Akan tetapi istilah "aktivis" sepertinya masih cukup lekat dengan "aktivis politik" yang (maaf) hanya sekedar bersuara meneriakkan suara hati rakyat jelata yang (hampir) tidak pernah di dengar pemerintah. Maaf, justru para aktivis politik inilah yang membuat saya pribadi cukup menjauhi dunia "aktivis".
Seorang pegawai kantoran pun peduli (tidak sedikit kok) dengan keadaan sekitarnya. Tetapi karena banyaknya tugas kantor itulah yang kesannya menjauhkan mereka dari kata/istilah "peduli". Para aktivis pun juga perlu income untuk kehidupan mereka (at least kehidupan pribadi mereka). Mereka juga pasti punya pekerjaan yang menghasilkan uang/materi, karena untuk 'menghidupi' kegiatan ke-aktivis-annya itu, juga butuh uang. Saya rasa para aktivis juga tidak sekedar melakukan kegiatan2nya, tetapi juga pasti do something to get money. Karena yang terpublish itu hanya kegiatannya, seakan para aktivis tidak menghasilkan income :)
Hidup aktivis sosial !!!
#lho
:D
Aktivis tidak mengenal jabatan dan usia..^o^..Seorang aktivis bekerja melakukan perubahan ke arah yang lebih baik tanpa melupakan nilai-nilai kebaikan disekitarnya...
ReplyDeletenice post (^0^)
jadi ingat Munir, bagaimana kabarnya? oh.. biasa dipetieskan :(
ReplyDeleteaktivis ? dengan mengabdi sesuai profesi pun kita sudah menjadi aktivis.Tapi niat dari memulai bekerjalah yang paling penting.Semoga rakyat Indonesia makin mencintai tanah air nya :)
ReplyDeletepintar itu relatif...tergantung pada siapa, apa, dan di mana kita menilainya...
ReplyDeleteaktivis akan menganggap aktivis lain sebagai orang pintar, dan orang yg bukan aktivis sebagai orang bodoh...
orang kantoran justru akan berpikir sebaliknya...aktivis hanya pembuat masalah...apalagi kalau mereka sudah demonstrasi...
pintar dan moralitas hanyalah kata-kata...seperti halnya bodoh dan asusila
Bermoral itu Baik,jika di dorong dengan Niat Baik dan Jujur, maka apapun kita perjuangkan pasti akan berhasil.
ReplyDelete