Simple Married
Ada yang halus berkata, menikah itu tidak perlu
dirayakan dengan gegap gembita. Namun ada juga yang lantang berkata,
menikah tanpa dirayakan dengan mewah bagai menyatap Soto Ayam tanpa memakai
kuah kari. Entah yang mana yang benar ataupun salah, hingga kina ratusan ribu
manusia. Masih sangat antusias sekali, mendambakan pernikahan dengan
megah & meriah bagai Putri & Pangeran dalam cerita dongeng.
Melampaui batas mungkin, kata sederhana nan
ringan yang sanggup mewakili semua hal ini. Karena terkadang, masih sangat
banyak diluar sana yang mau atau tidak mau terjebak. Dalam sebuah dilema
sandiwara bisu, yang mencampurkan adukan kesenangan dengan gengsi murahan ala
anak & orang tua yang takut kehilangan pamornya.
Saat ini, menikah sudah bukan jaman lagi
dipenuhi dengan nuansa sakral seperti era Bung Karno dahulu.Ataukah
karena Bung Karno, sudah lama tiada ? Maka hal tersebut sudah tak lagi
terjaga kemurniannya. Melainkan berubah menjadi, sebuah komoditi komersial yang
diperdagangkan untuk mengukur tingkat kasta Brahman & Sudra seorang
manusia dikehidupan nyata.
Kita tidak pernah tahu bahkan mau tahu, tentang
sebuah tetesan air mata. Yang keluar dari mata pengantin, ialah air mata suka
cita bahagia atau suka duka beban hutang materi. Memang terkadang, hal - hal
yang mengenakan bisa menjadi candu aktif. Candu yang mampu merubah esensi,
karena masalah gengsi. Ataukah ini sudah digariskan oleh Sang Pecipta, bahwa
manusia memang begitu adanya.
Rasanya tidak ada yang menyangkal pula, jika
setiap dari kita mampu membiayai semua kemegahan pesta pernikahaan tanpa harus
berhutang kanan kiri. Namun tidak ada yang berani menyangkal pula,
jika diesok hari akan ada cinta yang sama. Dibalik renda - renda sutra ,
diatas ranjang - ranjang empuk dimalam pertama yaitu malam terindah atau malam
penyeselan.
Yang dalam jangka lima hingga sepuluh tahun
lagi, kita sudah sama - sama bosan. Bosan akan cinta, karena telah sama - sama
menjadi keriput & penyakitan. Hal yang paling membosankan, dalam fase
penuaan. Karena setelah itu, kita semua hanya menunggu, waktu yang paling tepat
untuk berpisah. Entah itu, karena bosan ataukah karena kematian yang datang
terlalu cepat.
Tentu setiap dari kita, bukanlah cerminan dari
manusia bodoh yang tidak beradab atau tidak memiliki suatu peradaban
didunia ini. Sehingga tidak bisa memisahkan dusta dengan kata,
antara realita & drama tak selalu sama karena itulah yang nyata.
Sejatinya menolak & menghindari momentum
untuk memeriahkan suatu acara pernikahaan dengan berlebihan. Bukanlah anda
disebut miskin, pecundang apa lagi bedebah jalang yang malang. Tapi inilah
bentuk keselarasan antara hati, pikiran & tindakan yang berfikir lebih
rasional antara alam khayalan & alam nyata.
Kesimpulan
: Jangan
mencari yang besar-besar, cukup mengerjakan yang kecil-kecil dengan cinta yang
besar. Makin kecil yang kita hadapi harus makin besar cinta yang kita berikan.
Dan sejujurnya sedari masa remaja...#ceeillaaa..berasa tuaaa neh.
ReplyDeleteSaya kok gak blm prnh pny impian mnikah penuh nuansa pesta atau sejennis resepsi. Bagi saya mah Akad nikah, ijab kabul sah...so simple
manis banget tu kalimat penutupnya. akur, setuju, sepakat. perjalanan hidup masih panjang, mending biaya pesta misalnya, buat beli barang modal kan..
ReplyDeleteinti menikah itu bukan dari 'pestanya'. Tapi dari 'niat' , 'ijab kabul'...
ReplyDeleteKalo mau pesta, bisa dirayakan kapan saja..
manis banget kata2nya :D
ReplyDeleteMenikah yang terpenting adalah terpenuhi syarat sah dan rukunnya, bukan pesta meriahnya apalagi sampai 7 hari 7 malam.
ReplyDeleteyg penting diketahui oleh masyarakat itu aja kok tujuannya.
ReplyDeleteasal jgn nikah diam2, itu kurang baik.
Pesta pernikahan sejatinya Sederahana tapi berkesan :)
ReplyDeleteyang lebih penting justru bagaimana memelihara pernikahan itu sendiri, tak masalah nikahnya mau bermewah2an atau sederhana.
ReplyDeleteMemang, namun kan juga harus ada perasaan keduanya yang beda pastinya kan? :D
ReplyDeletemenikah syah dapat restu kedua belah pihak orang tua itu sudah melebihi disinggasana istana presiden bagi saya jika nikahnya dg yang tercinta....
ReplyDeleteyg terutama awet sampe salah satu meninggal dunia. tetep setia, tetep rukun meski ribut sesekali wajar. jadi gak usah pesta meriah sebenarnya.
ReplyDeleteehnm.... sebuah renungan supaya sya hati hati ketika meningkah nanti. jangan jangan ini curhatan sia agan lagi? hehehhe.
ReplyDeletetapi emang kembanyakan faktanya orang berhutan demi pesta sesat gan, si agan gitu ga? hahaha
setuju dgn kesimpulannya :)
ReplyDeleteitu kesimpulannya nge-JLEB bangeeeeeeetsss.. jadi pengen cepet-cepet. *eh hahaa
ReplyDeleteJangan mencari yang besar-besar, cukup mengerjakan yang kecil-kecil dengan cinta yang besar. Makin kecil yang kita hadapi harus makin besar cinta yang kita berikan, kalimat yang mampu memvotimasi diri. Terimakasih.
ReplyDeletesemoga nikahku ga pakai pesta pora... yg simple aja, ga pakai musik :D
ReplyDeletekesimpulannya itu meresap bgt di hatiku.. cieeh..
ReplyDeleteBagiku pesta pernikahan yg bermewah2an itu mubazir. Apalg kalau sampai cari2 utang buat bikin pesta. Sesuaikan aja dgn kemampuan yg ada, yg penting smua itu dilandasi dgn cinta :)
Merayakan pernikahan dengan mewah, itu pilihan Mas (based on me). Ada kalanya pernikahan yang "hanya" dirayakan sederhana malah memicu sebuah perkara sosial baru. Entah akan ada image negatif dari keluarga terdekat atau tetangga. Ada kesan disembunyikan dari pihak yang mempelai yang tidak ingin pernikahannya diketahui orang banyak atau apa lah (soalnya yang nikah terlalu sederhna disini malah orang yang poligami atau nikah siri). Yang pasti, tergantung taraf ekonomi juga sih ^_^ .
ReplyDeleteBagus.. ada aku di kata sederHANA
ReplyDeletekesimpulannya oke :D
ReplyDeletesaya lebih memilih pernikahan yg private alias gak ngundang orang banyak hahaha.
karena pernikahan itu bukan seperti hajatan sunatan ato sejenisnya yg harus mengundang banyak orang. cukup keluarga dan teman terdekat saja hahaha C:
yg penting... pasangannya udah ada belum... :')
ReplyDeleteJika kondisi keungan memungkinkan, kayaknya hampir semua orang ingin pernikahannya di rayakan, Mas Andy. Kan pameonya: Menikah cuma satu kali. Jadi ratu dan raja sehari..
ReplyDeleteyang penting ijab kabulnya kan ya
ReplyDeletesaya malah kagak tau sm The Script, huehehe..
ReplyDeleteBesar kecil perbuatan yg kita lakukan menurut saya sih gak masalah selama niat kita baik. Tapi saya suka sih kalo diundang di pernikahan yang meriah gitu, makanannya juga pasti meriah.. *otak anak kosan* hha
tulisan genggap gembitanya sebaiknya diubah jadi gegap gempita--sebenarnya kemewahan, biaya saat pernikahan berlangsung itu kan bisa aja dibuat minim, tp ya balik ke orangnya lagi mau apa ga ...lagian buang2 duit kalo menurut saya, sederhana aja yg penting sakral.
ReplyDeleteijab kabul saat akad nikah adalah sudah sah pernikahan itu dalam hukum Islam, selebihnya mengenai pesta dan sebagainya adalah urusan duniawi yang akan disesuaikan dengan besarnya nafsu duniawi yang menguasai diri :)
ReplyDeleteSo sweet n inspiring.
ReplyDelete@diwasti
Padahal yang penting itu maknanya... bukan perayaannya..
ReplyDeletetp mindset org zaman skrg yaa gitu lah..
asik
*sok dewasa*
*padahal masi kecil*
xixixi
hahaha bener nih. cuman orang kaya macam istrinya Nassar kadang bingung duitnya mau dibuang ke mana lagi hahahaha
ReplyDeleteaku skrg sudah tidak berani bermimpi tentang pernikahan mewah, pernikahan sederhana juga enggak..lah wong jomblo gini wkwkwkwk....
ReplyDeleteCukup pinjem microphone masjid buat ngumumin nikahan supaya sekampung pada tau, gausah resepsi hahhaha
ReplyDeleteKata2 nya begitu indah bagai air yg meneduhkan jiwa yg gersang cz keadaan zaman saat ini,
ReplyDeletepernikahan yg dilaksanakan meriah atau sederhana pun itu bagi q tergantung kesanggupan masing2 orng
da yg berpikiran pernikahan itu adalah satu hal yg sakral n sekali seumur hidup jd dgn begitu akan menjd kenangan bginya, tp pernikhan yg sederhana pun takkan mengurangi kesakralan n kemegahan cz bgi yg menikah hal itu sdh cukup bginya n kesanggupannya :)
maksih :)
sederhana dan bersahaja, tidak usah berlebih2an dalam pesta pernikahan :)
ReplyDeletega ingat smeriah apa dulu pas nikah...tp ga meriah2 amat loh, sayang duitnya hehehe
ReplyDeletetergantung personalnya masing-masing aja yak.. Kalau dia mampu (dan tidak mengganggu orang lain juga) kenapa gak dibuat acara yang besar..
ReplyDeleteLagian kadang aku mikir, kita nyari uang untuk apa toh? Untuk hidup? Dan salah satu tujuan aku mencari uang adalah untuk menyenangkan diri aku sendiri. Pesta pernikahan itu termasuk dalam list menyenangi diri sendiri versi aku ;)
Padahal yang sederhana jauh lebih berkesan. setuju banget sama postingan ini membukakan mata dan hati tradisi zaman sekarang. nikah tidak harus di paksakan dengan pesta yang wah. ;)
ReplyDeletemenikahlah dengan sewajarnya, meriah wajar saja tapi tidak perlu terlalu heboh luar biasa, karena yang terpenting kehidupan setelah menikah, dan sepertinya tidak lucu kalau setelah menikah masih menanggung biaya untuk resepsi yang sudah berlalu itu *imo*
ReplyDeletemenikah bkn berarti hrs memaksakan kemampuan dan kehendak...kl menurut sy acara syukuran dgn bentuk walimah yg sederhana akan terasa lbh khidmat di banding berpesta pora....
ReplyDeletejgn pnh memikirkan bgmn pesta yg meriah tetapi pikirkan bgmn hdp yg akan dijalani setelah akad jgn smp setelah akad pny bnyak hutang krn terlalu memaksakan kehendak untu berpesta
like this post and this word kakk.. :D
ReplyDelete"Kita tidak pernah tahu bahkan mau tahu, tentang sebuah tetesan air mata. Yang keluar dari mata pengantin, ialah air mata suka cita bahagia atau suka duka beban hutang materi." :))
sebenarnya, saya juga tidak begitu menginginkan pernikahan yang mewah, yang mungkin menghabiskan seluruh tabungan saya dan pasangan. menurut kami, menikah bukanlah untuk satu atau dua hari saja, tapi kami juga mesti memikirkan kehidupan kami setelah acara pernikahan tersebut. Biaya pesta yang mewah lebih baik digunakan untuk mencicil perumahan, atau untuk tabungan masa depan anak2 kami. akan tetapi, ada sedikit gengsi di hati kami.
ReplyDeleteYang lebih penting adalah bgmn kita menjalani kehidupan pernikahannya.
ReplyDeleteYang penting maksud dari resepsi pernikahan itu tidak terlupakan, yakni untuk menyebarkan kabar baik tentang pernikahan itu, supaya tidak terjadi fitnah di masyarakat... :)
ReplyDeleteresepsi megah-megah abisin duit.. mending duit nabung buat bangun rumah :D
ReplyDeleteKenapa pesta pernikahan itu berat dilakukan dalam budaya kita (saya bicara sebagai kaum awam, bukan artis, pengusaha atau pejabat), karena yang namanya keluarga saja sudah besar jumlahnya. Jangankan bikin pesta mewah, bikin yang sederhana pun kadang jadi dilema berat. Untuk mempertimbangkan siapa yang akan diundang dan yang "mohon maaf" tidak bisa diundang saja pusingnya bukan main, takut orangnya tersinggung tidak diundang. Ujung-ujungnya, tetap harus berhutang, karena menghitung porsi makanan pesta pun tidak bisa misalnya 100 orang tamu disediakan 100 porsi ngepas...jadi gak bisa disalahkan juga orang yang memutuskan cuma melakukan akad nikah. Tinggal dipikirkan saja bagaimana mengabarkannya ke khalayak tanpa sebuah pesta.
ReplyDeleteasli artikelnya keren gan, mulai dari gambar sampai gaya penyampaian, kesannya dapet banget :)
ReplyDelete