Gaung Sang Penghibur
Mati itu mudah. Sedangkan hidup itu susah. Tak
semua pepatah itu benar adanya. Karena banyak yang berniat niat mati, hingga
kini, belum mati juga. Sedangkan, yang berharap hidup selama seribu tahun,
sudah mati, sebelum berharap adanya kematian itu sendiri.
Sudah enam belas tahun, berlalu. Sejak keruntuhan tahta Sang Jendral Besar.
Namun, masih saja seperti ini keadaannya. Tak ada yang berbeda. Terkecuali,
sudah tua, keriput, buncit, ringkih
terlebih sering keluar masuk rumah sakit. Entah karena sakit, atau
memang sudah bosan hidup.
Awalnya memang urusan uang. Lama kelamaan,
seiring berjalannya waktu, hal tersebut berubah menjadi kesenangan, kesenangan
yang bermuara pada dunia badut. Sebuah dunia, yang tidak sembarang orang bisa jalankan. Hal-hal yang terlihat biasa, menjadi luar biasa. Inilah hebatnya menjadi seorang badut.
Semua hal, yang mereka lakukan, akan berdampak positif
bagi lingkungan disekitarnya. Gelak tawa serta canda khas, menjadi tontonan, yang banyak di nantikan
oleh segelintir manusia. Manusia, yang haus akan hiburan, seraya melepas rutinitas
hidup, yang lebih banyak membosankan ketimbang menyenangkan.
Memang, jika dilihat sekilas, pekerjaan tersebut
nampak ceria & bahagia. Namun, berbeda rasa serta aroma ketika, kita
sendiri yang menjalaninya. Pasti sudah terlontar kata muak, dan bergeliat tak
tentu arah seperti cacing kepanasaan. Pasang surut, kehidupan yang jauh dari
kesan glamour.
Belum tuntas masalah perut terselesaikan. Kini,
muncul dilema. Dilema, yang kerap terjadi pada orang dengan kategori ekonomi
miskin. Yaitu, ketidakadilan sosial, yang mana lebih kejam dari pada hukuman
Tuhan. Konon katanya. Di mana yang kaya suka menindas yang miskin. Dengan sengaja,
maupun tidak sengaja.
Hal yang sudah terbilang lumrah, dan menjadi
bumbu pelengkap dalam kehidupan berbangsa & bernegara. Hingga darah & air mata, terlihat sama warna &
maknanya. Pergolakan batin, yang bukan saja, selalu berbicara masalah perut. Celakanya,
keutuhan biduk rumah tangga di pertaruhkan juga disini. Dan, tak jarang, semua itu akan berakhir di meja pengadilan agama.
Saat ini mungkin juga nanti, tak ada manusia
satu pun di dunia ini, yang mau makan dengan lauk cinta & di taburi dengan
sayur kesetian. Karena, rumah sakit, rumah makan padang, jenjang pendidikan
hingga buang air di WC Umum di kenakan biaya, yang jika di total secara
keseluruhan, jumlah tak sedikit.
Kemiskinan itu sendiri, seperti pil pahit,
sekali di telan dengan dorongan air liur, langsung terasa pahitnya dari
kerongkongan. Dan, menjalar hingga menembus ubun-ubun. Tak mengherankan, banyak yang takut hidup
miskin. Dan, terlebih mati dalam keadaan miskin.
Sedangkan, di sisi lain, menikmati apa yang di namakan kemiskinan, jauh lebih syahdu, ketimbang mati konyol karena pusing memikirkan hal yang tak berbalas. Lalu, mati, menjadi hantu-hantu kesepian, perlahan mulai menjelma menyerupai kucing, anjing, babi & harimau. Ketika malam tiba.
Sedangkan, di sisi lain, menikmati apa yang di namakan kemiskinan, jauh lebih syahdu, ketimbang mati konyol karena pusing memikirkan hal yang tak berbalas. Lalu, mati, menjadi hantu-hantu kesepian, perlahan mulai menjelma menyerupai kucing, anjing, babi & harimau. Ketika malam tiba.
Kesimpulan
: Kadang kala kita harus menjadi orang lain,
untuk tetap bisa bertahan hidup.
menjadi miskin adalah pemberian yang tidak kita inginkan. menghindari kemiskinan selalu dilakukan. tapi jika memang sudah jalannya, susah untuk dihindarkan. berharap kepada para tuan yang menentukan kebijakan, sepertinya hanya angan. apakah hidup mapan bagi sementara orang hanyalah bayangan..
ReplyDeletemiskin mmg bukan pilihan tp mnjdi miskin itu peruntungan. mgkn cocok kalimat ini utk jaman skrg ya Ndy....apa kbr nih skrg ??
ReplyDeleteya, baik-baik aja mba, alhamdulillah :)
Deletekayanya ada hubungan khusus dengan mba mimik. yang lain ga di jawab si cuma ini doang. hehee
Deletektanya,, kelak -saat hr penghisab- akn ada sekelompok org yg secepat kilat melewati antrian panjang jutaan manusia yg menunggu giliran untuk dihisab. ktika ditanya, mrk menjwb 'kami tak punya barang apapun yg hrs dipertanggungjawbkn, krn dulu di dunia kami org miskin yg tak punya apa2, selain keimanan dn ketakwaan'.
ReplyDeleteinilah org miskin yg beriman tp jumlhnya sgt sdikit skali...
Tapi miskin jauh lebih baik, ketimbang kaya namun hidup gak tenang.... :P
ReplyDeletemiskin bisa dirubah ya , asal jangan miskin hati :)
ReplyDeleteSebenarnya miskin itu tergantung kategorinya mas, saya pernah posting tentang kemiskinan dan ada teman yang berkomentar, miskin itu tergantung kategori, dan miskin harta itu bukan satu-satunya parameter seseorang di katakan miskin
ReplyDeleteHidup itu harus berusaha dan berjuang agar tidak dekat kepada kemiskinan dan semua itu tergantung dari kemauan dan usaha kita.
ReplyDeletesemoga negara kita bisa terus lebih baik dan lebih baik yak, dan semoga seluruh penduduknya bisa makan dengan tenang malam ini..
ReplyDeleteberdasarkan sebuah hadits, orang yang kita sebut miskin di dunia, ntar di akhirat masuk syurganya duluan dari yang kaya.. *atau ngaku2 kaya* :)
ReplyDeletekita sering mendengar kata bijak yg kerap di petuahkan banyak orang, biarlah hidup itu seperti air yg mengalir... air mengalir biasanya selalu memilih ke dataran yg lebih rendah, terus apa mau kalo kita harus masuk comberan? heheee...
ReplyDeleteyg miskin ini, memang sepertinya sengaja dipelihara biar terus jadi keset bagi yang kaya. dan untuk bertahan hidup, jika tak melawan, yah jadi apa yang diproyeksikan orang lain atau mati.
ReplyDeleteah, semoga saja miskin lantas tidak bikin orang tidak bahagia dan susah tertawa :)
Setuju! terkadang perlu referensi untuk menjadikan orang lain sebagai kopian diri kita untuk membentengi diri.
ReplyDelete"Kadang kala kita harus menjadi orang lain, untuk tetap bisa bertahan hidup."
ReplyDeletekadang2 aja tapi ya, cape soalnya klo terus2an :D
terkadang untuk menutupi sesuatu kita memerlukan topeng dan celakanya lagi topeng pertama akan menjadi pemicu munculnya topeng topeng lainnya, itulah hidup dimana kita pasti akan selalu menutupi kebohongan dengan kebohongan. sekalipun kebohongan demi kebaikan
ReplyDeletesalam kenal :)
berani hidup dan harus berani mati hehe
ReplyDeleteSecara tidak sadar bukan hanya badut yang berpropesi badut, tapi semua yang masih bernyawa seperti kita tidak lebih dari badut-badut dunia. yang sebagin hidup segan mati tak mau, sebagian lain ingin mati tapi takut bunuh diri. Ingin hidup dan berjuang keras untuk hidup.
ReplyDeleteKalo jadi orang lain, kayaknya gak deh, capeeek
ReplyDeleteberani hidup tak takut mati
ReplyDeletetakut hidup, mati saja . . .
Badut-badut tertawa riang diatas penderitaan dan kemiskinan orang lain. Semoga kesejahteraan semakin merata sehingga orang tidak takut untuk hidup.
ReplyDeleteyah sekarang apa2 bayar, wc bayar, ke pantai bayar
ReplyDeletehidup memang penuh perjuangan ya mas.
ReplyDeletemiskin harta tapi kaya hati.. itu lbh baik. Drpd kaya tapi tak pernah merasa cukup.
ReplyDeleteMakin lama, apa2 makin mahal sekarang :|
ReplyDeleteagree
ReplyDeletekadang yang terlihat "menyenangkan" itu punya kisah pahit di belakangnya.
menjadi miskin itu bukan pilihan tapi jalan hidup yg harus di jalani dengan ikhlas dan senyum
ReplyDeleteseharusnya kita bisa sadar bahwa orang miskin itu sangat penting bagi kehidupan orang kaya jika tidak ada orang miskin maka tidak ada yg akan menanam padi,membajak sawah,dll
apalah hidup tampa orang miskin.seperti makan tampa lauk,tak lengkap rasanya
jadi kita hidup harus mempunyai rasa sosial yg tinggi dan menghargai orang miskin
Bisanya membayangkan jadi orang lain ya, kalau menjadi orang lain kebayang betapa capeknya
ReplyDeleteMenjadi orang lain, tak selamanya menyenangkan. penuh dengan kepura-puraan..
ReplyDeleteseperti sang penghibur yg harus tetap tersenyum padahal hatinya blm tentu senyum.. begitupun dg kemiskinan drpd mati konyol mungkin jauh lebih baik mencoba "menikmati" kemiskinan
ReplyDeletemenjadi orang lain tak mudah
ReplyDeletenamun sangat berkah
jika berniat mencari nafkah
hebat orang orang penghibur itu, walau dia harus menjadi orang lain. tapi dia tetap saja membuat kita terhibur walau dirinya sendiri dalam masalah.
ReplyDeletesederhana adalah kuncinya...
ReplyDeletejadilah orang sederhana yg miskin...
jd ga repot dengan kekayaan orang lain...
ga perlu mencampuri harta orang lain...
:)
mari menertawakan hidup :)
ReplyDeleteWih. . .wih. . .tulisan ini menyindir sekali :)
ReplyDeletewah tulisannya touchless :')
ReplyDeletepada dasarnya, manusia mana mau hidup miskin...
tapi..ya..semua kembali ke nasib...
seperti di film perahu kertas, "harus menjadi orang lain terlebih dahulu untuk mendapatkan apa yang dimau."
ReplyDeletedan sepertinya aku juga seperti itu, menjadi orang yang bukan aku untuk mendapatkan hasil baik di mata orang lain, kemudian berubah lagi menjadi aku yang sebenarnya