Politik Kotoran Sapi
Meski agenda politik itu-itu saja, dari jaman
Vladimir Lenin hingga Joseph Stalin. Tapi tetap saja, mengundang gemuruh berita
di media massa. Padahal isinya hanya berkutak pada masalah uang, peluang, seksual,
pemakzulan, hingga tak jarang berbentuk kotoran.
Baik atau buruknya sistem politik di sebuah
negara, tetap saja akan merusak tatanan yang sudah ada. Dan, lebih parahnya
lagi, terkadang suka mengada-ada tentang apa yang sebenernya memang tidak ada, menjadi ada.
Fasilitas umum yang seharusnya di jaga serta di
kelola, menjadi simbol kerusakan dari setiap pemilihan umum yang rutin terselenggara.
Rusak, kotor dan penuh noda adalah bukti nyatanya.
Ini bukan cerita rekayasa atau bentuk dukungan
untuk sang penguasa, dari sang pengemis singgasana. Tapi, fakta selalu
berbicara nyata dengan di dukung oleh data, ketimbang goyunan tokoh wayang " Durna " yang isinya penuh dengan dusta.
Ujung-ujungnya, rakyat pula yang harus
menderita. Ketika semua sudah berakhir bahagia, tentu bagi tokoh utama, bukan
sang pencari suaka. Namun, bekas-bekas mencari suara, tetaplah terjaga.
Ini mungkin sindiran halus, dari suara pilu
tembok-tembok, pohon hingga gardu listrik yang ternoda, dari setiap agenda
politik yang sering ada. Tak ada yang mengenakan, jikalau melakukan sesuatu
harus mengorbankan fasilitas yang tersedia.
Ada-ada saja, kelakuan pemimpin tercinta di
negeri ini. Siasat meraup simpati serta umpeti, harus rela menggadaikan hati
nurani. Inilah, bukti dari bobroknya nilai moral di negeri sejuta kyai, yang
sengaja maupun tidak sengaja mengesampingkan nilai moral ketimbang faktor
pretasi, prestisi dan juga gengsi.
Maka, wajar saja, bila belakangan ini muncul
argumentasi serta diskusi dari tokoh priyayi, rektor universitas negeri hingga
politikus tak tahu diri. Tentang perubahan kualitas &
kuantitas dari sang pendidik serta yang di didik.
Tak ada yang membenci orang-orang itu, hanya
saja, saya membenci perilaku serta tutur katanya yang lebih mirip banci
ketimbang seorang abdi negeri. Abdi, yang rela mati di rumah sendiri, tanpa
perlu asupan gizi serta sogokan berupa materi.
Kesimpulan
:
Bagian terindah dari kehidupan manusia yang baik, adalah segala tindakan yang
kecil, tak bernama, terlupakan, dari kebaikan dan cinta.
keren tulisannya:)
ReplyDeletesemua di negeri ini sudah dijadikan bahan politik ,,
iya, sepakat Mbak
Deletejika sepakat dalam politik kebaikan tak menjadi masalah ya ?
DeleteIni tentang korupsi ya. Mana 'kotoran sapinya' om? Dan kenapa gambarnya HNW?
ReplyDeletebaca dengan seksama, sebelum bertanya, itu jauh lebih mencerminkan manusia bersahaja :)
Deletekenapa HNW ? karena beliau tokoh pelanggar terbanyak dalam kampanye pilkada DKI kemarin
kemaren kan Jokowi versus Foke bukan, Mas?
Deletebaru mampir lagi kesini tampilannya udah keren aja..
ReplyDeletemungkin kalo bisa memilih i wont live in a long term in Indonesia ka. entahlah, kayaknya ga bisa jadi negara yg lebih baik dari sebelumnya. malah terus mengulangi kesalahan2 yg negara lain buat sebelumnya.
bobroknya moral di negri sejuta kyai.. hmm... maksudmu di negri yang konon pemeluk agama islamnya paling banyak? yang doyan jualan agama demi kepentingannya? yang menunggangi quran dan hadis sebagai kendaraan menuju nafsunya? ah.. aku rasa sudah diambang kehancuran..
ReplyDeleteehm.. politik cuma akan menyengsarakan, tapi mudah mudahan ada orang yang sadar akan rakyat dan berpolitik dengan baik. meski itu dengan kata mustahil
ReplyDeletepolitik dagang sapi, setlah menjabat lupa diri dan janji. Yang penting perut kenyang terisi, tak perduli rakyat mati dalam hidup.
ReplyDeletepemilihan penguasa atau pemimpin ya yang betul? :)
ReplyDeletememperkaya diri sendiri itulah pejabat sekarang, lupa nasib rakyatnya
ReplyDeletekalau cara pemilihan memang ngandalin brosur, poster dan bendera
ReplyDeletega kreatif...
kalau ngandalin dakwah, eh partai sebelah ngadu bilang khotbah jumat, liqo itu kampanye terselubung
jadi? gak tahu mana yg kotoran mana yang bersih
ReplyDeleteMakin abu-abu ya mas... ya begitulah kalau bermain di air keruh atau tepatnya membiarkan kubangan semakin keruh dengan keadaan.,
ReplyDeletesemua mengatasnamakan rakyat. btul sekali, apa2 atas nama rakyat, beli ini itu atas nama rakyat, plesiran ke luar negeri atas nama rakyat.
ReplyDeleteKyai2 yg skrng lebih mementingkan uang, halah, yg bener susah di dapat..
^tulisan keren kayak gini kok dibilang anak kemaren sore sih mas..dibukukan tulisan2nya.. ayoo semangat :)
semakin jelek ajah citranya politik, ya. Pdhl di tangan2 mereka lah rakyat menaruh harapan
ReplyDeletesedih ya, citra politik negara kita makin ancur minah :(
ReplyDelete"...perilaku serta tutur katanya yang lebih mirip banci ketimbang seorang abdi negeri" hihihi.. jd inget bencong2 yg mangkal di lampu merah nyari mangsa.. *salah fokus*
ReplyDeleteOH hell.
ReplyDeleteSampai kapanpun aku benci politik.
lebih-lebih politik di indonesia.
Rasanya pengen kayak mendadak terus pindah ke australia atau ke mekkah aja.....
Intrik2nya semakin kotor
ReplyDeleteyah, bagaimana lagi. segala sesuatunya tidak semurni dan sebening pertamat yang kita harapkan.
ReplyDeletekadang manusia ingin segala sesuatu yang instan, hasil yang besar dan bagus dengan pengorbanan yang sedikit.
pada intinya, politik ada hanya untuk kebahagiaan dirinya sendiri..
rakyat yang pandai nggak akan milih sembarangan. Mereka nggak akan tertipu pencitraan yg terlalu jor-joran. Semoga saja rakyat negeri ini semakin pandai.
ReplyDeleteTujuan berpolitik sebetulnya adalah kesejahteraan sosial..Tapi di negara kita menggunakan asas terbalik, untuk mesejahterakan dapur sendiri :)
ReplyDeleteYang berkuasa yang bakalan menang, sulit mencari yang benar2 pemimpin..
ReplyDeletePertama kali mampir ke blog ini,
ReplyDeleteHmm, menurut esaya, untuk itulah kita sbg rakyat perlu u/ lbh dr skedar bicara dan kritik, kita tau org2 dalam pemerintahan udah gila luar binasa, jgn sampai kita jg jd org apatis yg bahkan ga peduli sama tetangga, kita bisa berbuat sesuatu agar negeri ini lebih baik lagi, segaknya supaya pada pinteran dikit, ga milih lagi pemimpin2 yg cuma jual nama dan janji tanpa kapasitas dan keinginan melayani dg hati nurani, bisa dimulai dari keluarga kita sndiri.. masih ada kok org2 dlm politik yg bener2 baik, sayangnya sistemnya yg ga baik, nah selama mereka yg baik2 itu mencoba berjuang, ayo kita juga lakukan sesuatu, minimal bayar pajak, yg islam bayar zakat, yg mahasiswa banyak bikin program pemberdayaan masyarakat, dan msh byk hal lainnya yg bs kita lakukan. Saya percaya kok negeri ini bisa lebih baik di masa mendatang, :)
Bacaan pertama di blog ini.. Luarbiasa! Bahasa nya benar2 menggugah nurani. Awalnya saya ga ngeh dng judulnya, tp membaca isinya.. Luarbiasa. Benar2 bisa mewakili suara rakyat yg merindukan kebebasan berpendapat. Makasih oom tulisannya.. #jempol
ReplyDeleteandai tembok dan pepohonan bisa bisacara...
ReplyDeletepasti ogah banget tuh ditempelin putu-putu (poli)tikus-(poli)tikus itu...
Semoga masih ada harapan di negeri kita
ReplyDeletepernah dengar ungkapan "semakin banyak mencari tahu, semakin merasa tidak tahu"?
ReplyDeletejaman sekarang sulit cari pemimpin yang bisa di percaya
ReplyDeleteahhh semua sama saja tho -_-
ReplyDeletepolitik memang penuh intrik2 kotor, permainan kotor dsb yg semuanya nonsense....ulasan yg bagus...
ReplyDelete