Segitiga Sama Adzan
Tapal batas, antara empati & nurani kini hanya
sebatas argumentasi. Sedangkan, yang mati membeku dalam sunyi. Iman yang dahulu
tegak berdiri, kini pergi tanpa sebab yang tak pasti.
Saat magrib, saat tempat ibadah ramai oleh kerumunan
manusia. Sedangkan subuh, isya,azhar & dzuhur sepi tiada henti. Sebab akibat
yang tidak diketahui, kenapa serta mengapa, hal itu bisa terus terjadi.
Dan sudah sepantasnya dipertanyakan atau justru semakin di diamkan. Laksana anak anjing, yang lahir atau tidak dilahirkan sama saja artinya, sama-sama disebut anjing, kini dan selanjutnya.
Dan sudah sepantasnya dipertanyakan atau justru semakin di diamkan. Laksana anak anjing, yang lahir atau tidak dilahirkan sama saja artinya, sama-sama disebut anjing, kini dan selanjutnya.
Momen kematian, juga bisa menjadi pertanda,
sebuah masjid besar maupun kecil akan ramai mendadak. Tanpa di duga, serta
tanpa perlu di goda. Terlebih, mayat-mayat tersebut, memiliki awalan huruf “ H
“ di depan namanya. Sudah pasti menjadi ramai sesak & lebih mengharukan lagi akhir ceritanya.
Seolah, banyak sandiwara air mata setelah kata sesudahnya.
Manusia taat ketika usia senja, biasanya. Usia yang berarti selangkah lebih dekat dengan
liang lahat. Dimana, penyakit-penyakit tak kasat mata dengan mudah hinggap. Kanker,
liver, jantung, stroke, hepatitis, lepra hingga malaria.
Dan, tak mengherankan, banyak yang beranggapan,
bahwa semua itu penyakit kiriman. Kiriman, yang konon katanya dari dukun. Yang sudah
di bungkus rapi, seperti kado ulang tahun, di lengkapi dengan ikatan simpul pita
berwarna ceria di atasnya. Benar atau tidak, masih sebatas hipotesa.
Masjid-masjid, yang dahulu selalu ramai. Entah,
itu pagi, siang, sore & malam. Kini, mungkin juga nanti, hanya nyata terjadi
ditempat-tempat yang besar nan megah saja. Sehingga, masjid-masjid kelas kakap,
kebanyakan hanya jadi ajang pelengkap syariat. Dimana ada ajang pamer kekayaan,
pamer gengsi & pamer eksistensi mendominasi disana.
Idiom ini terlihat berlebihan, tapi biarlah.
Menafikan apa yang ada, terkadang jauh lebih keji, dari pada bergumul sebatas urusan
materi. Lalu, bagaimana dengan kondisi masjid-masjid kecil dipinggiran sudut
kota besar yang kumuh ? Jawab yang pasti, tentu sepi & sendiri. Kemiskinan struktural,
telah banyak membuat manusia berfikir ulang, termasuk masalah iman.
Ada yang berkata, “ Semakin besar sebuah tempat,
makan akan semakin besar pertemuan kekuasaan disana “. Seks, uang, alkohol,
narkoba hingga judi. Ironisnya lagi, hal tersebut ternyata bukan hanya isapan
jempol semata. Jamak, dan wajar saja terjadi, di negeri yang cacat moral, cacat
hukum & cacat penguasa.
Sejak dahulu, inilah dunia yang membeli apa pun
yang bisa dibeli. Hingga, yang tidak bisa dibeli sekalipun, suatu saat pasti akan di beli
juga. Peduli siapa halal atau haram. Karena halal atau haram toh tidak ada yang
tahu, terkecuali sudah menjadi nanah penuh luka berdarah. Itu lain nama, lain
pula cerita.
Kesimpulan
:
Ibadah yang kita lakukan belum tentu berpahala
sedangkan maksiat yang kita buat sudah pasti menghasilkan dosa.
tiga bulan lagi juga bakalan rame tuh masjid, pak
ReplyDeletetapi paling ya 2 mingguan doang
setelahnya bakal rame mikirin mudik
Realistis nih lho Mas. bener. prihatin kan kita
Deleteyah.. mau bagaimana lagi..
Deleteyang penting kitanya kan? mesjid sesepi apapun.. bukan berarti menjadi alasan kita buat tidak ke mesjid.. :)
manusia taat ketika usia nya mulai senja. hal ini tentu saja lebih baik daripada ketika sudah senja tapi hanya memikirkan dunia saja.
ReplyDeletemeskipun sebenarnya untuk menjadi manusia taat tak perlu kita menunggu usia senja, karena setiap saat Dia bisa saja memanggil kita kembali pada Nya.
prnh baca sebuah note 'org yahudi baru akan takut sama muslim, jika mesjid penuh saat sholat subuh'
ReplyDeletefakta lain, pahala sholat isya, subuh, dzuhur dan ashar jauh lebih besar dibanding sholat maghrib. setidaknya, ada tambahan pahala ats perjuangan melawan rasa malas pd wakt2 tsb. :)
yups, bener banget Mbak, ayo kita (khususnya kaum pria) bersama2 memakmurkan masjid.
Deletesebenrnya saya dlu itu rajin ke masjid, krana dekt sekali dari rumah. eh lama2 saya gak betah saat sholat mahrib dan taraweh. Mengapa?
ReplyDeletekarena banyak jamaah anak2 yg rusuh, kosentrasi saya harus terbelah2 fokus mendengarkan imam, tapi ada anak kecil malah ribut bahkan kadang klo ramadhan bunyi mercon/petasan itu membahana.
ohya memang masjid skrang sepi yah, walaupun saya perempuan saya suka bingung jamaah orag yg nnotn konser lebih banyak naudzubillah.
oia utk H itu HAJI ya?
sekarang ini orang-orang memang lebih banyak waktu untuk mengunjungi tempat-tempat wisata atau pusat perbelanjaan daripada melangkahkan kaki ke rumah Allah yang suci
ReplyDelete#tragis
padahal umur kita saat ini masih ada.
ReplyDeletetapi sedemikian malas kita untuk melangkah beribadah kepada-Nya. semoga kita sadari ini. sebelum terlambat
aku jarang solat berjamaah di masjid juga. tapi mudah2an niat ibadahku tetap di terima walaupun di kamar. wallahu alam..
ReplyDeletebulan puasa baru dehhhh juga rame subuh zuhur ashar isya
ReplyDeletekalo asar masih rame loh, anak kecil pada ngaji
ReplyDeleteBangunan-bangunan mesjid sekarang luar biasa megah, besar, indah, tp ya itu memprihatinkan sepi dr jamaah.. Tulisan yg bagus, mengingatkan kembali kita untuk memakmurkan mesjid. Gak cuma sebatas tempat beribadah, tetapi jg sebagai tempat menggali ilmu lewat kajian2 keislaman.
ReplyDeleterumahku kebetulan pinggir mesjid,
ReplyDeleteyang mengikuti pengajian itu2 lagi
padahal warga ada 100 kk
yang aktif ke mesjid hanya ebberapa orang,
kecuali pas bulan puasa aja, itu pun awal2 :D
Selalu, dengan kesimpulan yang, mak jleb!
ReplyDeleteManusia taat ketika usia senja, biasanya. Usia yang berarti selangkah lebih dekat dengan liang lahat. >> makhleb banget!!
ReplyDeleteAyo digiatkan sholat berjamaah di Mesjid
ReplyDeleteAssalaamu'alaikum wr.wb...
ReplyDeleteDemikianlah dunia akhir zaman yang kian jauh dari landasan iman yang utuh. Di mana-mana ada maksiat dan mungkar berleluasa sehingga tidak takut untuk bertemu Yang Maha Esa dengan bekal sekelumit cuma.
Semoga Allah selalu melindungi kita dengan kasih sayang-NYA dari cinta kita kepada-NYA dan Rasul tercinta. Aamiin.
Salam kenal dari Sarikei, Sarawak.
SITI FATIMAH AHMAD
Orang pilih2 waktu ibadah, karena di waktu lain dirasa malas ya Mas Andy. Dan itu juga terjadi pada saya :(
ReplyDeletesaya suka kesimpulannya mas :)dan sampai sekarang pun gak tau jawaban kenapa magrib itu selalu ramai dibanding subuh,dzhur,ashar,isya..
ReplyDeletesepertinya emang udah jadi 'kebiasaan', saat usia senja, menjadi taat..
hmmm
Tulisannya bagus menggungah para muslim untuk membaca
ReplyDeleteTetapi ada yang kurang, setau saya kata "yang" & "dan" itu tidak boleh diletakan di awal kalimat. Karena, kata tersebut adalah kata penghubung
Harap masukan ini berguna
Semangat untuk tulisan selanjutnya
Mirisnya memang kehidupan jaman sekarang, hampir semua orang hanya mementingkan duniawi dari pada akhirat yang jelas kekal abadi pada ahirnya ..
ReplyDeleteAstagfirallaah -,-
Memang dengan dunia yang semakin modern, banyak kemaksiatan yang terjadi. Bahkan banyak orang yang tak takut dengan azab dari Allah..
ReplyDeleteSemoga kita semua diberi pencerahan, (^.^) amien,,
Semoga kita semua dijauhkan dari penyakit-penyakit jahat seperti itu ya Mas. Dan semoga saja adzan benar-benar didengar dan dilaksanakan. Trima kasih sudah diingatkan Mas Andi
ReplyDeleteBener bgt, terkadang banyak manusia melakukan ibadah karna ada sesuatu bukn di niatkn karna allah
ReplyDeletekalau ibadah berniat baik pasti dapat pahala, kalo cuma mau bergaya sok alim ya malah dosa
ReplyDeleteSoal rutinitas ke masjid ya, padahal kalau diperhatikan sudah mulai ini istilah kasarnya 'berlomba-lomba' menghias masjid jadi lebih megah, mentereng, lebih diperbesar, di mana-mana. Tapi sayang nggak dibarengi dengan lebih banyak yang mengisinya.
ReplyDeleteAda yang hanya mengisi penuh satu minggu sekali, ada yang satu tahun dua kali, atau ada yang lebih parah mungkin seumur hidup hanya sekali.
(T.T)meringis
ReplyDeleteselalu rindu ramadhan jadinya..
zaman kini agama hanya dijadikan topeng untuk merebut kekuasaan, dan ceramah-ceramah agama lebih mementingkan penampilan ibarat artis daripada isi ceramah itu sendiri,
ReplyDeletesemoga saja kita terhindar dari semua tindakan yang bisa menimbulkan dosa ...salam :-)
Sekarang memang lebih berlomba-lomba membangun fisik tempat ibadah. megah dan elok.
ReplyDeleteliat gambar mesjid itu aja adem gimana ibadah disana :)
ReplyDeletekesimpulannya makjleb huhuhu..
ReplyDeleteslalu keren nih tulisannya..
sepakat dgn Mbak Diana, kesimpulannya Makjleb...maksiat yg kita lakukan sdh pasti diganjar dosa
Delete#maaf br bs nyempatin berkunjung
ehm... semakin besar tempatnya, semakin banyak dosanya juga ya gan. tapi yang menarik adalah kesimpulannya.
ReplyDeleterumah saya juga dekat masjid mas.
ReplyDeletememang benar apa yang dikatakan di postingan ini. kalau menurut saya, kebanyakan laki-laki yang mengurangi kapasitas dirinya dalam masjid.
Memang diandung jempol untuk arsavin666, ahli dalam merangkai kata dan bahasa. Enak dibaca.
ReplyDeleteayo kita bebenah diri,,,selagi di beri kesempatan sama yang Kuasa..
ReplyDeletesekedar komen yg paragraf akhir:
ReplyDelete"Ibadah yang kita lakukan belum tentu berpahala....".
Bukannya cuma 'niat' saja udah jadi pahala ya?
ReplyDeleteTapi setiap kali saya lihat masjid ketika senja menjelang, hati ini selalu rindu Ramadhan :)
Baru baca 2 post.
ReplyDeleteKesimpulan: tulisannya kok bisa begini semua ya? *geleng2* *kasih jempol sepuluh*
Makan nya apa Mas kok nulisnya bisa bagus semua gini :D
Masyaallah -_- sangat miris yaa
ReplyDelete