Furniture Undercover


Hutanku menangis pilu, masyarakat gaduh dengan kenaikan upah buruh, sedangkan para pejabat terlalu sibuk mengurusi anggaran dasar pemilu. Inikah negaraku, negara yang konon katanya kaya dalam segala hal, tapi ternyata masih miskin moral.

Dengan dalih kenyamanan, banyak hutan yang harus dikorbankan.  Dalam hal ini, sektor rumah tangga lah yang berperan aktif dalam rangka mensuksekan program pembalakaan hutan secara berkala. 

Hal ini, ditunjang oleh data statistik dari dinas terkait, terhadap permintaan sektor perkakas rumah tangga yang semakin meningkat sekaligus melesat dari waktu ke waktu.

Baik dan buruk dari kerusakan hutan, sejatinya bukan hanya mengancam populasi orang utan, tapi juga ratusan ribu ekosistem aneka tumbuhan. Jadi wajar saja, bilang bencana seperti longsor, banjir hingga gunung berapi datang silih berganti.

Bencana adalah sebuah pertanda, agar kita bisa lebih menghargai dunia. Tentu, dengan makan semangkuk nasi, dengan lauk beberapa potong ikan teri dan sedikit lebih berintrospeksi diri. Meski terus berulang, hal ini ternyata kurang diperdulikan. Dan, ketika bencana sudah melanda, air mata hanya jadi bumbu pelengkap duka.

Evaluasi berubah menjadi evakuasi, ketika semua sudah nyata terjadi, tragis memang. Sehingga bantuan dari negara tetangga sudah tak ada artinya, ketika orang tercinta sudah berpulang kepada yang kuasa.

Tidak ada lagi, yang di namakan berbela empati, apalagi simpati. Ketika, pohon jati, pinus dan mahoni raib tercuri, tercuri oleh segelintir manusia dari negara sendiri. Dan, kini mulai berpindah, dari hutan menuju ke rumah. Rumah pasangan muda mudi yang baru melepas masa lajang, dan menuju masa telanjang.

Apakah bermoral hanya sebatas masalah demo, bemo hingga germo ? Sejarah sejatinya di ukir oleh orang yang tidak belajar sejarah, dan tidak peduli dengan apa yang dinamakan sejarah. 

Pergeseran makna, telah banyak menelan korban jiwa, sudah seharusnya menjadi pelajaran berharga bukan citra ala badut penguasa.

Hutan yang dahulu ramai tegak berdiri, tanpa campur tangan abdi negeri. Kini hanya tinggal kenangan yang sulit terulang kembali, terlebih di jaman reformasi seperti saat ini. 

Yang duduk, makan, berlari hingga mendengkur saja, membutuhkan sejumlah asupan kalori. Tentu,  semua itu harus dibayar, dengan rupa berbentuk materi.

Kesimpulan : Hidup sekali, hiduplah yang berarti.


19 comments:

  1. iya Mas, hutan kita dibabat, meranggas perrmanen, dibakar habis, asapnya ke segala penjuru, lalu gundul dan erosi.
    sementara si subyek tenang2 saja seolah tidak bersalah. mengerikan sekali memang jika bicara soal hutan.

    ReplyDelete
  2. Betul mas, gemeeeees banget soal hutan ini. Apakah kita bisa berbuat sesuatu yang berarti?? Maaf kalo sudah pesimis duluan :(

    ReplyDelete
  3. Aduhh...tulisannya litle2 mas, apalagi ndak bawa kaca mata nih :)

    ReplyDelete
  4. Tinggal menunggu waktu Mas. *miris*

    ReplyDelete
  5. yang membabat hutan leih banyak daripada yang menanam ya

    ReplyDelete
  6. hidup sekali, hiduplah yang berarti.. jadi jangan siasiakan waktu ya..

    ReplyDelete
  7. hidup ini sungguh memiliki arti
    jadi memang wajib diisi
    dengan sesuatu yang baik hati
    dan pasti tak rugi

    ReplyDelete
  8. Hutan kita over eksplorasi. Aku pikir hak pengelolaan hutan itu yg jadi penyebabnya..Seakan milik nenek moyang mereka saja, ditebang habis untuk kejayaan mereka sendiri..

    ReplyDelete
  9. hutan dibabat scara melampui batas itu salah, kalau cuma untuk furniture kok kayaknya ga perlu pakai bakar hutan segala

    ReplyDelete
  10. kalo hutan itu memang tidak bisa di jaga agar tidak di tebang, hutan yang ada sekarang ini gundul karena tidak adanya penanaman pohon setelah hutan di tebang. Kalo secara pertanian kala kita menebang 1 pohon sebenarnya kita juga harus menanam 1 pohon juga, dan harus merawatnya hingga pohnnya besar

    ReplyDelete
  11. yg malu2in tu klo kebakaran hutan trus asapnya sampe ke "rumah tetangga"

    ReplyDelete
  12. kayaknya hutan-hutan sawah itu juga lebih banyak dibakar buat perluasan hunian, pabrik,...

    ReplyDelete
  13. hutan kita memang sudah memprihatinkan. harus ada gerakan hebat untuk mereboisasi kembali.

    ReplyDelete
  14. hutan dibabat masih ada yang diambil untuk dijadikan furniture, sekarang hutan dibabat dan digunduli untuk dibuat tambang dan sekalinya jadi tambang maka akan sulit untuk kembali menjadi hutan. lingkungan akan rusak namun sepertinya hasilnya tidak terasa untuk rakyat sekitar, apa lagi untuk rakyat indonesia.

    ReplyDelete
  15. Gak bisa komen deh Mas ttg ini
    Sedih banget :(

    ReplyDelete
  16. Bukan nggak mungkin bila suatu hari indonesia yang terkenal sbg zamrud khatulistiwa akan dikenal sebagai pasir khatulistiwa karena udah gersang. pohonnya nggak ada lagi.

    SAVE EARTH!
    GREEN IT BACK!

    ReplyDelete
  17. Benar sekali !!!bicara soal Hutan sekarang sudah mulai menipis dan sangat memprihatinkan bahkan di daerah saya kalimantan hutan gundul banyak di jumpai

    ReplyDelete

Komentar anda, secara tidak langsung. Merefleksikan kualitas diri anda yang sebenarnya.