Sisi Lain Kehidupan Di Lampu Merah
Gemerlap & ramainya suasana Lampu Merah dijalanan
nan berdebu di Indonesia, merupakan suatu potret yang sudah menjadi santapan
kita sebagai pengguna jalan raya setiap harinya. Entah itu pagi, siang,
sore atau bahkan malam hari tidak ada yang berubah dari waktu ke waktu
selalu ramai dengan sejuta aktivitas manusia yang tumpah ruah menjadi satu
kesatuan yang saling membaur seperti udara & polusi yang saling
melekat memenuhi paru – paru mahluk hidup.
Dibalik ramai & gemuruhnya suasana Lampu
Merah, banyak sekali warna warna negative & positif yang tertuang
didalamnya. Mulai dari pengemis, anak jalanan, pengamen, tukang asongan,
pedagang koran dll. Satu hal yang membuat mereka bisa akrab kepada sesama walau
berbeda suku, adat, agama, tua & muda adalah rasa sepenanggungan yang satu
rasa dibawah garis kemiskinin.
Dibalik sisi negatif & positif yang
ada di kehidupan Lampu Merah, ada satu moment yang membuat kita jarang
tahu & jarang peduli terhadap suasana di Lampu Merah. Moment dimana,
kehidupan roda perekonomian di Lampu Merah nan berputar deras dari
hari ke hari. Karena secara langsung maupun tidak langsung, disana adalah salah
satu pusat perekonomian masyarakat kelas menengah kebawah pada umumnya tumbuh
& berkembang.
Seakan semua manusia tua & muda berlomba –
lomba meraup pundi – pundi rupiah sedikit demi sedikit dengan dagangan yang
ditawarkan. Ini adalah suatu cerita nan sederhana dari kalangan bawah, yang
menjadi titik mula harapan & mimpi dibangun kedepannya menjadi lebih baik
atau lebih buruk mereka jugalah yang menentukan akhir cerita hidupnya.
Walau terkadang mereka selalu dijadikan kambing
hitam terhadap setiap permasalah yang ada di Lampu Merah, namun mereka
tidak putus asa untuk terus & terus mengais sesuap rejeki di Lampu
Merah nan berdebu. Karena tidak ada lagi tempat & solusi pasti yang
mau menampung mereka untuk mencari nafkah dengan bebas selain di Lampu Merah.
Kesimpulan
: Kalau
mereka saja yang mengeyam bangku pendidikan dasar saja semangat bekerja, kenapa
anda yang lulusan Sarjana tidak ?
Terharu suer...
ReplyDeleteselalu semangat pantang menyerah
ReplyDeletekalau memang rejeki ada di lampu merah
aku jadi ga mau kalah :)
dibalik lampu merah ternyata banyak cerita kehidupan yang terjadi ya
ReplyDeletelampu merah jadi saksi bisu kehidupan sulit anak manusia
ReplyDeletebetul juga ya :)
ReplyDeletekok yang sarjana malas-malas
terharu :(
ReplyDeleteBetul ... ^^
ReplyDeleteKita sebagai orang yg beruntung harus berbagi kepada orang2 yg gak seberuntung kita di lampu merah.. Mari budayakan berbagi walau hanya 100 perak.. :)
ReplyDeletebenar..:-)
ReplyDeleteeniwei mas andy, kenapa sih aku ga bisa follow blog ini..
error kenapa gitu bilangnya.. :(
eh, akhirnya bisa..hehehe..:D
Deletebenar mas andy. Ini adalah masalah laten yang ada di negeri kita, kemiskinan dan kaum marjinal tak pernah dituntaskan secara permanen. Kita sering harus mencontoh semangat mereka dalam upaya merubah nasib yang tak jarang mempertaruhkan nyawa demi sesuap nasi...salut mas artikelnya.
ReplyDeletetapi ane tetap semangat loh menais rejeki gan, ga seperti alenia terakhir. itu si agan kali, hahaha.
ReplyDeletedi sisi lain baik dan buruknya mereka, ada orang yang tetap semanggat, iya itu yang paling ane suka. nice share gan.
ReplyDeletetapi sepertinya seiring dengan internet yang merajalela, Keuntungan penjual loper koran sepertinya menyusut. Saya sering perhatikan, baik di lampu merah maupun di kereta, sampe siang jumlah koran yg mereka dekap masih banyak. Kasian ya?
ReplyDeletesetju sob endingnya .. :)
ReplyDeletehayooo...semangat utk terus berusaha meningkatkan taraf hidup keluarga apapun itu gelar anda hehe
ReplyDeleteYg lulus SD sama sarjana muda itu sama, yang penting ada semangat hidup untuk menjadi lebih baik.
ReplyDeleteSalam Pak :)
hmph mereka nyata bukan hanya dicerita-cerita,, dan kemarin kami jadi saksi kerasnya hidup mereka =(
ReplyDelete"orang kecil" itu selalu bisa jadi contoh.. ketika merasa kita punya masalah lihatlah ke arah mereka yang masalahnya jauh lebih sulit, ketika kita merasa malas, lihatlah mereka yang walau pendapatannya seadanya tapi bersemangat, ketika kita merasa life is unfair lihatlah mereka, mana yang lebih unfair??
ReplyDeletesetuju dengan endingnya mas andy...
ReplyDeleteorang2 kecil ajah bisa dijadikan contoh semangat agar tak bermalas2an..
Analog lainnya: Kalau mereka yg kondisinya kurang sempurna saja tetap optimis..apalgi yg di karunia badan lengkap
ReplyDeletedan mereka tetap semangat....
ReplyDelete^^
karena kadang yang sarjana tidak lagi mau turun ke lampu merah ;)
ReplyDeleteIya lampu merah bukan pasar, tapi banyak dimanfaatkan oleh saudara-saudara kita untuk mencari rejeki. Ini sebuah dilema. BErdagang memperbaiki ekonomi mereka, namun dilakukan dengan mengasong di lampung merah tampaknya gimana gitu..
ReplyDeletebetul juga nih, semoga kita lebih semangat
ReplyDeletekesimpulannya simple, tp ngena banget! :D
ReplyDelete"Kalau mereka saja yang mengeyam bangku pendidikan dasar saja semangat bekerja, kenapa anda yang lulusan Sarjana tidak"
buat apa pendidikan tinggi tp gak mau kerja ? kalo tetangga gue tuh banyak beres SMA nganggur, nyusahin orangtuanya, serius deh suka kasian sama orangtuanya *ini kenapa curcol*
wah kesimpulannya bikin 'jleb' bgt deh.. hihihi.. Yg banyak keterbatasan dlm segi ilmu dan pendidikan saja ttp pantang menyerah ya, knp yg punya modal ilmu malah banyak yg males2an
ReplyDeletewih, wih wih...
ReplyDeletemakjleb iya, terharu iya, kesimpulannya ngena iyaa..
:(
kasihan merekaaa :3 kadang membayangkan betapa nelangsanya aku jika di posisi mereka :(
dari lampu merah ,,,
ReplyDeleteyang bisa kita tiru adalah semangat mereka menjemput rezeki ,,,
wilujeng ngeblog
sejak udh bsa maen gitar n ngebawain lagu..
ReplyDeletejdi sempet kepikiran mw mangkal smbil ngamen di jalanan..
#tpi psti sngat sulit...
-_-
tapi bahaya sih ndy, dan mengganggu :(
ReplyDeletetapi yang kadang mengganjal tuh...
ReplyDeleteada nenek renta jualan koran atau kacang
yang muda perkasa malah modal kecrekan ngetukin jendela mobil...
sudah lama nggak ketemu aneka penjual di lampu merah
ReplyDeletesemangat kerjanya ya bedalah...
ReplyDeletemasak disamain...??
:P
namun lampu merah di kotabaru sepi mas..
boro-boro ada pengamen...
dalem tulisanx sob..., kerja adalah kebutuhan sapa sj klo ada org yg gk mau kerja sama aja dgn mau mati..., *smile
ReplyDeletemf ya baru sempat mampir....
ini semacam "nonjok abiss" buat para sarjana yang gampang putus asa nihh :))
ReplyDeletedi lampu merah kota ane malah ada yang jualan buku gambar anak - anak 10rb dapet 3
ReplyDeleteTetap bekerja itu lebih penting dari pada pekerjaan tetap :)
ReplyDeleteCuma bisa nyengir nih, pas baca kesimpulannya..kesindir dah :D
ReplyDeletetulisan ini menyadarkanku akan banyak hal yang slma ini aku anggap kecil...
ReplyDeletesemoga tulisan ini bisa membuat banyak orang tersindir dan tersentuh
itu namanya naluri bertahan hidup, makanya mereka mencoba mengais rejeki di lampu merah
ReplyDeletesisi lain kehidupan metropolitan yang terpinggirkan. sangat menyentuh mas.
ReplyDeletestay gold ya!