Berbagi Rejeki Di Acara Hajatan






Dinegara kita yang kaya sumber daya alam, adat, budaya & manusianya dari ratusan tahun yang lalu dikenal sebagai surganya tujuan wisata dunia. Tapi ada satu hal yang sering luput dari mata wisatawan domestik & manca negara yaitu tidak terlalu memerhatikan budaya & tradisi lokal dari Bumi Pertiwi ini. Yaitu adanya budaya saling memberi sedikit rejeki kepada kerabat & keluarga yang mengadakan pesta pernikahan,sunatan dll yang selalu dinantikan kehadiranya setiap saat.

Dalam tradisi asli budaya Indonesia ini, bagi kita yang di undang untuk menghadiri acara pernikahaan & sunatan dilingkungan sekitar kita. Kita secara tidak langsung kita diwajibkan memberi sedikit buah tangan & rejeki lebih dari rumah untuk diberikan kepada tuan rumah yang mengadakan acara tersebut tanpa perlu adanya pemberitahuan secara lugas & tegas dari pihak manapun akan tradisi yang sudah melebur menjadi satu kesatuan tersebut dikehidupan masyarakat Indonesia.

Tidak peduli entah dari Jawa, Padang, Sunda, Bali, Batak, Ambon, Bugis  & Chinese setiap dari kita sudah diajarkan prinsip saling berbagi & memberi dari sejak usia dini hingga detik ini dalam jumlah banyak ataupun sedikit tidak menjadi masalah yang begitu penting. Karena yang terpenting dalam tradisi Berbagi Amplop Hajatan ini adalah keikhlasan kita memberi tersebut sebagai salah satu buah tangan atau tabungan masa depan yang akan kita petik hasilnya dikemudian hari ketika kita mengadakan acara pernikahan atau sunatan.

Karena pada dasarnya masyarakat kita sangat menjunjung tinggi, terhadap budaya saling membalas budi baik melalui media Amplop Hajatan dari waktu ke waktu. Maka tidak usah heran atau bingung, ketika banyak dari kita semua yang dengan sengaja atau tidak sengaja menuliskan nama Pemilik Amplop berasal atau bersumber setiap kali ada acara pernikahaan atau sunatan diadakan & kita di undang untuk menghadiri acara tersebut mulai dari anak SMP, SMA, Kuliah, Pekerja Kantor & Pabrik sama Ibu Rumah Tangga semua berlomba – lomba menjadi orang yang terdepan & pertama dalam memasukan Amplop tersebut ke Money Box.

Hal ini secara tidak kira sadari menjadi sebuah warisan leluhur dari nenek moyang bangsa Indonesia yang tidak akan pernah kita jumpai dinegera mana pun didunia seperti Swiss, Jerman, Australia, Belanda sampau Amerika. Inilah wajah sederhana dari kearifan budaya lokal yang tidak akan pernah pudar atau bahkan di claim oleh negara tetangga yang akan membuat budaya kita berkurang jumlahnya.

Dan dari bentuk Berbagi Amplop ini banyak keuntungan yang akan kita dapatkan baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Dan juga menjadi salah satu alat pemersatu antara seluruh elemen di Bumi Pertiwi ini yang akan tetap bersatu padu sama halnya ketika kita menghadapi penjajah dijaman dahulu kala.

Kesimpulan : Jadilah, pahlawan di negeri sendiri, dibanding jadi pahlawan di negara orang lain.






38 comments:

  1. Kalo saya sih ga berlomba-lomba untuk menjadi yang terdepan dalam memasukkan amplop ke box nya mas, paling nyalamin langsung aja amplopnya ke si mempelai jika mempelainya adalah teman atau sejawat, memberikan langsung pada yang punya hajatan jika yang punya hajatan adalah saudara terdekat, baru memasukkan ke money box jika pengantinnya adalah kenalan biasa. Begitu adat kami disini.... kalo mas Andy gimana?

    btw, yuk lestarikan budaya bangsa... :)

    ReplyDelete
  2. Sebuah warisan budaya yang hanya ada di indonesia ya

    ReplyDelete
  3. budaya yang ga bisa hilang malah makin dilestarikan
    bila menghadiri hajatan

    artikel yang sip... :)

    ReplyDelete
  4. " Passolo' " sebutannya di daerah selatan sulawesi ( kalo nda salah :D )...
    Indahnya budaya Negara kita ...

    ReplyDelete
  5. dan pastinya lebih banyak juga anak muda yg cuma bisa ngomong doang sob :D

    ReplyDelete
  6. bukan hanya hajatan tapi kalau ada yang kena musibah seperti meninggal atau sakit kami juga suka urunan uang dan memasukkannya ke amplop

    ReplyDelete
  7. Sebuah Tradisi dari warisan kebudayaan asli Indonesia yang MANTAAAFF BANGET!!!
    Yang memiliki nilai yang tinggi untuk saling memberi dan berbagi kepada sesama, sehingga menciptakan suatu Kerukunan dan jalinan hubungan yang erat diantara Masyarakat Indonesia!
    Harus Terus Kita Lestarikan!!

    ReplyDelete
  8. Sedih juga melihat generasi muda yang seperti itu :(

    ReplyDelete
  9. Tentang buah tangan, aku ada usul untuk pemerintah. Kan pemerintah sering mengadakan kerjasama dll, nah saat itulah pemerintah memberikan oleh-oleh khas Indonesia. Kalo pemerintah mau memulainya, pasti rakyatnya juga akan mendukung dan ikut melestarikannya kan?

    ReplyDelete
  10. Iya ya...di luar negeri kan gak ada budaya ngasih amplop atau buwuhan gitu. Tapi ngasih KAdo ada kayaknya..

    ReplyDelete
  11. buadaya adalah ada di dalam hati dan sanubari setipa orang yang merasa berbudaya..
    ada kadang orang indonesia yag kejepang-jepangan atau kebarat-baratan..
    sesungguhnya dia blm mengerti saja atau emng ga mengerti..
    :)

    ReplyDelete
  12. ehehhe.. ternyata budaya yah?? hehe baru tahu,, eekkekekk..
    tapi sayang ada sayangnya lho. skrang banyak yg masukin amplop kosong ...
    dan yg paling bikin "riya" pake acara di kasih nama diamplop.. hehhe jadi bukan sebuah pahala atw hadiah tapi kayak beli berkat dgn imbalan yg hars dikembalikan lagi. biasanya klo dijakata atau betawi begni... aku sih pernah denger tw nenek moyang hhihii...

    ReplyDelete
  13. hayoo..kite sebagai anak muda kudu ngelestariin budaye yang ada :D

    ReplyDelete
  14. memberi angpau setahu aku budaya negara2 asia deh

    ReplyDelete
  15. dan emang lebih baik memberi daripada menerima

    ReplyDelete
  16. Kalau budaya angpau/amplop/pasolo atau apapun namanya di Makassar sini utamanya didaerah2 agak sedikit negatif ndy. Karena keluarga akn menyumbang sebesar2nya dengan harapan sumbangan tersebut akan dikembalikan dengan jumlah yg sama besarnya atau lebih saat mereka mengadakan pesta, dan kalau tidak? akibatnya yah akan menuai cibiran, dan budaya itu masih sangat kental disini.

    Tapi gak bisa dipukul rata juga, karena org yg memberi dg ikhlas pun masih ada...

    ReplyDelete
  17. Tp masih aj ada yg suka ngasih amplop kosong. Kyak di nikahan kakak gw kmrin.. :D

    ReplyDelete
  18. mari melestarikannya :)
    Sebuah langkah awal adalah mengajak dan menyadarkan lewat tulisan seperti ini
    Salam

    ReplyDelete
  19. wah iya ya, ngasih amplop tuh kebiasaan di sini hihi.
    nice share mas...

    ReplyDelete
  20. kira2 kalo kita dateng ke tempat hajatan orang, meski ga diundang, asal kita masukan amplop uang ke kotak, boleh ga ya?? :D

    ReplyDelete
  21. kalau di luar negeri ada ga ya amplop2an? setahuku sih cuma kasih kado, dan itupun kadonya udah di list sama yang punya hajatan, jadi si pemberi kado memberikan kado berdasarkan list itu..

    tapi ada juga loh orang yang tega masukin tissue atau uang dua ribuan ke amplop, padahal resepsinya di gedung -_-"

    ReplyDelete
  22. aku jarang pergi ke kondangan.. ghehehe

    ReplyDelete
  23. Budaya ngamplop, itu yang dsering dikatakan daerah saya. Padahal kalau misalnya didalam undangan, makan atau tidak amplop harus tetap terisi. itulah budaya,... unik ya :D

    ReplyDelete
  24. amplopan atau bowo kalau kata orang jawa, itu budaya yang sudah menjadi tradisi ya :D

    ReplyDelete
  25. Beragam yak.. ditempat gw juga banyak adat istiadat yang berbeda dan unik..

    ReplyDelete
  26. yap, seharusnya kegiatan dan nilai moral macam ini semakin membudaya di negara kite, jangan tau ribut doang, apalagi anak mudanye :D
    nice mamen

    ReplyDelete
  27. iyaa setuju :D di tempatku juga ada seperti itu~

    ReplyDelete
  28. Kalau dikampung saya, sepanjang ingatan nih, orang hajatan gak dikasih amplop Mas, cuma dibawakan beras

    ReplyDelete
  29. Intinya jangan cuma menyayangi. tapi coba lakukan yang terbaik pada alam dan budaya kita ^^

    ReplyDelete
  30. Budaya berbagi dalam 'suka' dan 'duka' di Negeri ini makin membuatku bangga jadi orang Indonesia ^^

    Merdeka!!!

    ReplyDelete
  31. lestarikan budaya Indonesia, aku bangga Indonesia

    ReplyDelete
  32. saya kira cuma di Sulawesi doang yg gitu :p

    ReplyDelete
  33. Tp akhir2 ini, si empunya acara, di undangannya sering menulis "tidak menerima kado dan karangan bunga"..apakah ini bisa di katakan budaya kita?,,rasa2nya kurang sopan n ga patut di tiru..
    Suka tema2 blog2 nya..:)

    ReplyDelete
  34. yg namanya adat atw budaya itu biasanya akan selalu ada dan sampai turun temurun.
    aku setuju bgt dgn kesimpulannya sob..
    itulah mengapa keadaan Bumi kita ini makin seperti ini, bencana ada dimana2..

    ReplyDelete
  35. kalau aku gak suka tuh nulis nama di amplop.. serasa pengen dibales atau diketahui aja kita kasihnya berapa >.<

    ReplyDelete
  36. Di adat keluargaku ga nerima sumbang kalo nikahan

    tapi kalau mau ngasih disetiap saat ajah kalo lagi ada rezeki ga harus nunggu ada acara. tapi itu semua tergantung masing2 siyh....

    tapi memang betul fenomena ini adalah kebiasaan masyarakat yang menjadi adat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seharusnya memang seperti itu, cuma di banyak tempat ada semacam "kewajiban" untuk nyumbang klo kita diundang, dan ini adat yang terpaksa dilakukan sbb ada sangsi moral kemasyarakatan, jadi mestinya harus dipahami dan dibedakan apa itu MENYUMBANG dg MEMBERI HUTANG, MENGUNDANG SYUKURAN dg BERHUTANG, semua orang butuh dan ingin duit banyak, jadi klo ada duit banyak ya bikin acara besar gak apa2, klo punya sedikit ya asal syukuran dg beberapa orang saja.

      Delete

Komentar anda, secara tidak langsung. Merefleksikan kualitas diri anda yang sebenarnya.