Wanita Dan Mahkota
Menjadi manusia, sering di sanjung. Namun, lebih
sering di caci. Entah, salah atau benar, itu masalah belakangan. Itulah, mengapa,
hal yang salah pasti disebut salah. Dan, hal yang benar, suatu saat pasti akan
disebut salah.
Perempuan muda, dua puluh tujuh tahun silam
dilahirkan. Tepat, sebelum Tragedi Nuklir Chernobly pukul 01.23 menggema diseluruh penjuru Rusia, bahkan merabah hingga dunia. Lahir dengan perawakan cantik, bibir tipis merona, bertubuh ramping, dan
payudara rata.
Merupakan berwujudan, wanita idaman, khas kaum adam, yang siap di hisap madunya. Rasanya, jika sudah seperti ini, hanya lelaki tak normal saja, yang tak berhasrat untuk meminangnya.
Merupakan berwujudan, wanita idaman, khas kaum adam, yang siap di hisap madunya. Rasanya, jika sudah seperti ini, hanya lelaki tak normal saja, yang tak berhasrat untuk meminangnya.
Menjadi putri keraton, berarti tidak ada segelas
alkohol, sebatang rokok kretek, terlebih
bermain birahi sembarangan. Kenikmatan duniawi, seolah terampas, sebelum
mencoba meraihnya. Tidak sepenuhnya menyenangkan, menjadi seorang putri. Dan tidak sepenuhnya juga membosankan juga.
Seperti yang kita bayangkan sejak kecil.
Seperti mayat hidup, yang hidup tapi sebenarnya
ingin mati sepenuhnya. Mati agar roh kami bebas berbuat sesuka hati, tanpa ada terlontar
kata terpaksa. Namun, terkadang, walaupun sudah mati pun, kami tetap di
peralat, dalam bentuk sesaji & doa yang sebenernya menjijikan. Tidak usah
tanya mengapa, karena mayat tidak bisa menjawab pertanyaan.
Sebuah jerih payah sekaligus menjaga tradisi,
yang harus dibayar mahal dengan segala keterikatan norma susila, tak kasat
mata, yang suka tidak suka, harus dijalani. Bukan hanya itu saja, semua hal
yang menggoda di usia muda, juga harus di abaikan. Demi sebuah suri panutan,
suri tauladan di mata masyakarakat luas.
Hal yang berbeda, namun wujudnya sama, juga kita
miliki. Namun, lagi-lagi manusia, manusia lebih bisa menikmati ketika melanggar
dibanding mematuhi peraturan. Sebuah kodrat, yang tak bisa di hindari.
Dan, suka menjadi bijak secara mendadak, ketika sudah memasuki usia tua. Usia tua berarti usia yang sudah dekat dengan liang lahat, cacing tanah, belatung berwajah pucat pasi, dan dilengkapi dengan tumpukan dosa yang lebih banyak, ketimbang pahala.
Dan, suka menjadi bijak secara mendadak, ketika sudah memasuki usia tua. Usia tua berarti usia yang sudah dekat dengan liang lahat, cacing tanah, belatung berwajah pucat pasi, dan dilengkapi dengan tumpukan dosa yang lebih banyak, ketimbang pahala.
Darah biru, menurut sebagian dari kita. Termasuk
golongan darah yang paling istimewa, terlebih memiliki strata sosial yang lebih
tinggi dibanding darah merah pada umumnya. Seperti halnya, kasta brahmana &
sudra, dalam kepercayaan agama Hindu. Padahal, setiap dari kita, entah itu tua
ataupun muda. Bahwa, hal tersebut tidak benar.
Dikarenakan, tutur kata, perlaku serta iman yang
bisa membuat kita sedikit berbeda, satu sama lain. Walaupun terlihat omong
kosong belaka semua itu. Hal yang hampir punah, populasinya & tidak di
lindungi oleh UNESCO World Heritage.
Mereka yang bicara tentang kesenangan menjadi
seorang putri keraton. Mereka yang bicara tentang kebahagian, tinggal didalam
istana. Mereka yang berbicara tentang, tangis air mata kedamaian. Sesungguhnya,
mereka hanya bisa bicara dari hulu hingga ke hilir, tanpa pernah tahu & mau
tahu, rasanya menjadi manusia seperti kami.
Semua kesenangan, kebahagian, dan kedamaian yang
sering di dengungkan, harus dibayar setimpal dengan tanggung jawab moral, yang tidak
setiap orang miliki. Karena, moral
adalah barang langka yang tidak dijual sembarangan di pinggir jalan, dalam rok
mini ketat atau dibalik kemben bermotif loreng nakal.
Kesimpulan
:
Menjadi sesuatu yang besar, bukan masalah pilihan, namun masalah tanggung
jawab. Karena tidak setiap dari kita pantas untuk menjadi besar.
strata, kasta, atau formalitas martabat sosial apapun, hanya sebuah konsekuensi (resiko kali ya?) perjalanan jaman. nggak ada yang istimewa. yang istimewa adalah saat seorang anak manusia yang mencoba tetap berjalan meski di sekitarnya bergelimpangan rekan2nya yang tidak berdaya.
ReplyDeleteMas Andi.. Hehheehe.. saya sering loh mau ninggalin koment disini, tapi engga jadi... takut enggak layak koment saya ini mas... hihiihih maapkan ya mas...
ReplyDeleteblognya seriuss.. hehehheh piss mas andi jangan marah ya...
Sedih juga ya, bahwa seorang putri pun sebenarnya ingin hidupnya tidak hanya sebagai model, panutan, gambaran ideal, yang harus begini harus begitu, tidak boleh sesuka hati, tidak boleh sekehendak hati...
Ara, my daughter, hampir 9 tahun, cita citanya waktu masih balita adalah menjadi seorang princess/putri... heheheh tidak tau dia betapa sulitnya menjadi seorang putri...
syukurlah mas, sekarang cita cita nya menjadi seorang guru...
selamat siang dan have a nice week end ya mas
bahasanya tingkat dewa mas.. tidak ada yang berani mencela... saya baru kunjung pertama .. salam kenal ya mas
ReplyDeletetetap ada pilihan bos...
ReplyDeleteada yang mau menerima kebesaran itu ada pula yang tetap ingin merendah dengan segala aspek resikonya...
Wanita dan mahkota udah menjadi satu kesatuan yang memunculkan rasa indah dan cantik pada wanita itu sendiri.
ReplyDeleteSaya cukup menyimak aja mas,,,
ReplyDeletetidak bisa berkomentar2 macem2,..
Hhe...
Setiap keadaan ada baiknya dan ada kekurangannya. Tergantung tiap pribadi menyikapinya. Salam
ReplyDeletetemplatenya baru ya mas... kereeen... tp tulisanya selalu jauh lbih kereen...
ReplyDeleteeh,, ada pemiliknya nampang dibawah... hehe... piss... :)
Tulisannya bagus banget
ReplyDelete'Ilmu padi' saja ya mas ttg tidak bisa menulis dengan baik :D
Iya yah mas, putri keraton, putri di kerajaan eropa, pasti susah sekali ya. padahal mereka juga manusia seperti kita. Namun sekali lagi, yang membedakan kita dan mereka sebenarnya hanyalah 'ketakwaan'
ReplyDeletePada akhirnya memang tanggung jawab yang penting
ReplyDeletesemakin seseorang menjadi besar semakin berat pula tanggung jawab yang harus di emban.
ReplyDeletebibir tipis merona, bertubuh ramping, dan payudara rata.., oh, jadi begini prototipe perempuan cantik? *sambil ngaca...
ReplyDeletejadi wanita, tanpa harus jadi putri keraton sekalipun, rasa-rasanya hidupnya lebih sering menjadi apa yang ada dalam kacamata norma, susila masyarakat banyak ato lembaga di luar dirinya, timbang jadi apa drinya sendiri :)
Bahasanya keren bgt.
ReplyDeleteMenempatkannya sebagai tanggung jawab atau bukan juga sebuah pilihan, dengan segala resikonya.
wah, jd inget kalimat di salah satu pilem spiderman kalau gak salah...
ReplyDeleteJd orang besar maka tanggung jawabnya juga akan semakin besar [kurang lbh sih demikian istinya]
bkn hanya darah biru sih, temanku anak kyai aja susah kalo mau gmn"...
ReplyDeletemgkn memang ada tanggung jwb dlm sebuah nama
darah biru bukan alasan untuk tak merakyat
ReplyDeletesependapat sama rio ;)
Deletebener bener mantap ente membuat bahasnya gan, semakin berkias sepertinya. bener kata debi, tingkat dewa. Aku semakin ga paham lama kelamaan, tapi keren si terus terang. unik
ReplyDeleteceweknya, sayang gak keliatan wajahnya... hehehe
ReplyDeleteitu foto siapa ya? hehe
ReplyDeleteliat judul nya tadi saya kira tadi ada hubungan ny dengn hijab ..hehe ^_^
ReplyDeletesaya kurang mengerti kehidupan putri keraton seperti apa, tapi kalo tiap jiwa putri itu dapat ikhlas menerima, mungkin smua dapat berbuah kebahagiaan.
buat apa besar nyalinya kecil sekali
ReplyDeletemending kecil tapi berani
untuk menggapai mimpi
agar bisa terjadi...
Darah biru,
ReplyDeletekalau dipotong urat nadi masih berwarna merah kan?
Kasta, keraton, kerajaan, itu adalah batasan yang dibuat oleh manusia.
Di mata Tuhan, semua sama. Yang membedakan adalah, hasil perbuatanmu di dunia. Always nice writing and high level language. salute!
salam kenal.......
ReplyDeleteWell, it's deep... The way I read, the way I think & it's true. Dulupun saya berpikir begitu, tidak pernah mengambil sudut pandang dari mereka. Nice article, makes me open mind :)
ReplyDeletepernah liat di pelem anak2, katanya setiap anak perempuan adalah seorang princess.
ReplyDeletememang semua yg kita sandang memiliki resiko dan ttgjwb masing2. baik bangsawan maupun org biasa
Mahkota yang kita sandang membutuhkan tanggung jawab. Dan tidak setiap orang mampu menerima tanggung jawab yg dibebankan kepadanya..Hanya orang2 besar yg mampu memikul tangung jawab besar
ReplyDeleteagak berat bahasanya tapi mengerti maksud yang tersiratnya. setuju dengan quote penutupnya :D
ReplyDeletesetiap yg terlahir pasti dibebani tanggung jawab, dan lewat tanggung jawab seseorang bisa dikatakan "besar"
ReplyDeleteTapi sekarang orang belomba-lomba ingin menjadi darah biru, dengan berlomba-lomba membentuk partai dengan warna biru yang lebih menonjol.
ReplyDeletebelum update apa gan?ehm.. lagi sibuk ya. yaud, ane juga sibuk nie gan. jadi jarang bw, sekalinya bw kadang ya ga tentu. maklum aja ya.
ReplyDeleteSip, sebuah tanggung jawab. Setiap manusia pasti punya tanggung jawab. Tinggal kita aja yg harus siap memikul sgala tanggung jawab itu. Gak cwek gak cwok sama aja. Gw gak habis pikir ente selalu bisa nulis artikel2 panjang dengan nilai-nilai moral yang ajib terus, salut. :)
ReplyDeletespeechless..
ReplyDeletetapi itu sanggulnya lucu.. :)
Manusia ya manusia ya...
ReplyDeleteNamanya naluri manusiawi nggak ada hubungannya dgn jabatan/wewenang
P.S.
Sanggulnya unik
#eh
#Kurang Fokus
Nah..., masalah tanggung jawab itulah yang perlu digarisbawahi ya, Mas. Setuju bangeet... :)
ReplyDeletekalimat pamungkasnya, mantrab. sya catat, hafalkan, diingatkan, dilaksanakan.
ReplyDeletebahasanya masi sedikit boros, ada beberapa kata yang diulang dalem 1 kalimat. tapi tetep berbobot sbg bahan bacaan :)
ReplyDeleteMgkin bgi bnyak org menjadi ningrat itu bergengsi.kbtulan lahir dr strata itu bkn pilihan,nmun takdir dan trnyta begitu bnyk peraturan smpai pernikahan pun diatur.tdk ikut aturan artinya gelar keningratan dicoret. Sy trmasuk pmberontak dlm kluarga,dan mmlih jaln sndri,tnpa pduli gelar dicabut.itu hny gelar,dan tdk brrti apa2 di hadapan Allah.bkn bgtu?tulisannya bgs,lmyan berat tp justru berjalur aristokrat.hehe mnrt saya.
ReplyDeletekeren dah :D saya suka dengan kesimpulannya :)
ReplyDeleteIyap bener,memulai sesuatu yg besar itu butuh proses.dan siap menanggung resiko di kemudian hari.Salam Kenal gan :D
ReplyDeletesuka pada kalimat terakhirnya :))
ReplyDeletekarena tidak setiap dari kita pantas untuk menjadi besar..