Dasar Setan




Ada saja, yang mati setiap hari. Entah, karena aborsi, tidak punya nasi hingga mencari sensasi. Hidup yang kian tak berarti, sudah banyak di rasakan oleh orang yang sudah mati. Sementara kematian yang terus berulang, yang lain hanya bisa terdiam. 

Perkembangan jaman, membuat semakin banyak orang yang tidak peduli akan kesehatan. Sehingga, menjadikan hal tersebut, sebagai gaya hidup baru. Baru, yang mulai jamak dilakukan & di gemborkan. Hingga dengan sengaja sekaligus sukarela, menularkannya kepada manusia lainnya. Memprihatikan memang. 

Mereka yang lantang, berkoar-koar tentang asap, justru menikmati laba dari asap tersebut. Pendidikan, kesehatan, kesenangan, dan kekayaan. Menjijikan memang. Hanya mahluk yang bernama manusia saja, yang mampu serta rela, menjilat ludahnya sendiri, sesudah di buang.

Ternyata, bukan hanya yang hidup saja, yang suka dengan aroma asap. Tak jarang, orang yang sudah mati pun, suka dengan asap. Bahkan, sering kecanduan di buatnya. 

Asap sesaji, yang konon aromanya memiliki taji. Inilah kenikmatan dunia, yang sering terbawa, atau justru sengaja dibawa. Memang dasar setan. Sementara, ratusan ribu anak, remaja, dewasa hingga orang tua, mati sia-sia setiap detiknya. 

Dan tak mengherankan, banyak berita lawas yang kembali bergentayangan sesudahnya. Dan, banyak pula yang justru sengaja di ulang-ulang. Siasat mencari rating siaran, atau tidak punya rating, memang suatu hal yang berbeda, tapi satu juga.

Bukan, kematian itu sendiri yang menakutkan itu bagi manusia. Melainkan, proses penghantar menuju alam kematian itu sendiri, yang menakutkan. Tak jarang, membuat nyali kita bergetar-getar. Sehingga, banyak guyonan kata yang terlontar, seperti “ seram “ atau “ menyiksa “.

Kalau bisa memilih mati, dalam keadaan indah. Lantas mengapa, masih banyak yang gemar mati hina. 28 Maret 1941, Virginia Woolf telah membuktikan teori kematian tersebut. Dengan cara, menenggelamkan dirinya sendiri ke dalam Sungai Ouse. Meski, teori harus di bayar nyawa.

Tapi sudahlah. Riwayat sudah mencatat, walaupun terkadang banyak terlihat pucat, dan sedikit cacat. Persoalan, apakah cara tersebut, bisa menenangkan atau tidak. Tentu saja, itu perkara nanti, perkara orang mati. 

Bagi yang tak punya harga diri, penyakit jadi ajang unjuk nyali. Dan, bagi yang banyak uang, penyakit hanya jadi ajang pembuktian. Ketidakpedulian manusia, membuat nyawa menjadi murah. Hingga, darah dan air mata terlihat sama.

Kesimpulan : Sungguh, lama atau pendeknya hidup, tidaklah sepenting kualitas hidup itu sendiri. 








39 comments:

  1. bagi sebagian orang asap berbahaya seperti itu justru jadi ladang untuk mengeruk untung mas, dilema juga ya.

    ReplyDelete
  2. yang hobi mati secara hina, anggap saja mereka membantu program pemerintah untuk mengendalikan jumlah penduduk :D

    ReplyDelete
  3. semoga selama kima hidup, setan-setan ga kita hirup..

    ReplyDelete
  4. sepakat...namun kadang orang mengabaikan kualitas kehidupan itu...demi mencari kenikmatan sesaat dalam kehidupan sehingga lupa bahwa usia itu ada batas akhirnya...salam :-)

    ReplyDelete
  5. Selalu suka dengan susunan kata-katamu bang, apalagi sindiran-sindirannya. Cerdas dan lugas. Semoga kita semua mati dalam keadaan berkualitas lahir dan batin. Seraaam kalau membayangkan hal-hal di atas.

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya sepakat dengan Bang Uzay ini. pas banget diksi2nya memang. salut.

      Delete
  6. kalau sampau bunih diri itu sebenarnya yang menarik bukan bunuh dirinya, tapi apa yang menjadi sebab sampai dia kehabisan keinginan hidup dan memutuskan bunuh diri

    ReplyDelete
  7. saya menyayangkan peran regulator di sini. hingga masyarakat banyak mengalami ketidakseimbangan

    ReplyDelete
  8. endingnya itu lho

    apa kabar Andy ?

    ReplyDelete
  9. ahh, I love it. Susunan kalimatnya bagus banget..
    Followed gan blognya :)

    ReplyDelete
  10. tdk setuju jika asap dr semburan sebatang "ţuhan" menjadi salah satu penyebab kematian

    ReplyDelete
  11. kenikmatan itu yg membuat org tak peduli akan kesehatan. Tapi apa nikmatnya coba dr asap..

    ReplyDelete
  12. tiap jumpa laki2 cakep, pinter, langsung respek. begitu tau dia merokok, respeknya hilang seketika.

    ReplyDelete
  13. hidup sedudah mati itu yang juga seharusnya lebih banyak dipikirkan...

    blognya keren, gambarnya tjakep-tjakep..tampilannya adem...
    nice blog^^

    ReplyDelete
  14. say no to rokok., tp zo saya bingung, gmn bilangin adik saya yg doyan ngrokok

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama jiah, adik saya bandel bgd mentang2 dh kerja.
      dia janji klo nikah ga mau rokok. Tapi tetp aja rasanya beuh, menyesakkan dadaku. apalgi dulu dia Penyakit paru2 bandelnya.

      kita berdoa saja, karna berbagai macam cara sudah saya lakukan. :D

      Delete
  15. postingan yang menarik, kata-katanya juga kerenz...

    masih banyak orang yang tidak menghargai hidupnya sendiri...:-)

    ReplyDelete
  16. ngomong2 tentang asap & kesehatan, isha pun tak suka sama perokok. cari jodoh yang tak merokok .. hehehe :)

    ReplyDelete
  17. btw mas, kok d blogroll isha ga nongol ya update.an baru dari mas?

    ReplyDelete
    Replies
    1. udah muncul kok, di blogroll, bisa di check :)
      maaf atas ketidaknyaman'a ya :)

      Delete
  18. perkara mati itu nanti saja, yang penting bagaimana kita hidup itu akan membawa kita mati nanti seperti apa.. :D

    ReplyDelete
  19. waaaah cadaaaas bung isi postingnya :D

    ReplyDelete
  20. negara ini pengecut ga mau melarang industri rokok ga mampu

    konyol kalau bilang negara tak bisa hidup tanpa ditopang industri rokok

    ReplyDelete
  21. Hidup penuuh makna apalagi bisa bermanfaat untuk sesama. Menghargai hidup itu yang kadang sulit.

    ReplyDelete
  22. gemar mati hina..kok serem yah..tapi kenyataan gitu sih yah skarang ini...hadeuh bumi makin tua >.<
    eniwei salam kenal mas ^.^

    ReplyDelete
  23. cuma kasihan setannya ga salah apa apa didasar dasarin
    hehe...

    ReplyDelete
  24. kalau saya menilai, di dunia ini terlalu banyak ke pura puraan. lain di luar, lain pula di dalam.

    ReplyDelete
  25. proses menuju kematian. aku setuju sama yang ini. yg mengerikan itu kan proses menuju kematian itu sendiri, yg dilewati dengan cara sekarat. tapi kadang orang2 tidak menyadari itu. justru kematian itu sendiri yg ditakuti.

    nice, an :)

    ReplyDelete
  26. Quote terakhirnya saya suka. Dan ... ada orang yang mau membuktikan teori kematian? Ck Ck ck .... orang aneh

    ReplyDelete
  27. banyak sekali asap dsekeliling kita MasAndy. asap rokok, knalpot, kebakaran hutan, menyan sampai asap emosi. semuanya berbahaya untuk kesehatan kita :)

    ReplyDelete
  28. semoga kita semua adalah manusia yang memiliki kualitas hidup, meski gak banyak paling gak berkualitas buat org2 di sekitar kita.. :)

    tulisannya bagus banget, mas..

    ReplyDelete
  29. Orang-orang seperti itu sungguh tak menghargai hidupnya....

    ReplyDelete
  30. waaa baca ini jadi keinget lagi sama mendiang sahabat saya :")

    ReplyDelete
  31. ngeri nih mas kali ini postingannya, hehhehe.. biasanya silent reader, tapi postingan kali ini menggelitik, jadi saya komen...

    mas, itu yang asap sesaji itu hiiiyy bikin merindinglaaah.. hehehhe

    nice posting mas..

    ReplyDelete
  32. seperti biasa.. tulisanmu keren.. :)

    ReplyDelete
  33. kalau punya iman dan takwa maka akn menghargai hidup walau cobaan berat

    ReplyDelete
  34. saya suka diksinya! juga simpulannya, jjang!

    ReplyDelete
  35. Kerenn... intinya kita hrus bersyukur n mnghargai hidup kita. Dgn mengisi hal2 postif yg bsa berguna bwt orng lain...

    ReplyDelete

Komentar anda, secara tidak langsung. Merefleksikan kualitas diri anda yang sebenarnya.