Romantisme Dukun Beranak





Setiap hari ada minimal satu bayi meninggal didunia ini, minimal ada satu tuna wisma baru berkeliaran disetiap sudut jalan ibukota & minimal ada satu orang kaya baru yang lahir. Inilah siklus dalam kehidupan, yang menyedihkan sekaligus menggelikan untuk dilihat terlebih diselami. Untuk itulah, manusia berani membayar mahal untuk hal – hal yang menyedihkan agar bisa dieksploitasi seperti halnya butiran ekstasi.

Perubahaan jaman, pada hakikatnya selalu membawa dampak positif & negatif bagi kehidupan mahluk hidup. Percaya atau tidak, itulah yang terjadi selama ratusan bahkan jutaan tahun yang lalu. Dibalik semua modernisasi yang terus & terus berkembang dari waktu ke waktu. Ada satu hal, yang tidak akan berubah perannya dari sebuah kemajuan jaman yaitu Dukun Beranak.  

Tidak peduli sudah ada rumah sakit atau pun klinik, namun tetap saja. Diluar sana masih ada segelintir manusia, yang masih menggunakan jasa Dukun Beranak yang terbilang sudah ketinggalan jaman. Bukan karena tidak percaya pada Dokter, terkadang karena faktor ekonomi lah yang membuat kita lebih percaya pada tangan keriput Dukun Beranak dibanding Dokter.

Memang bukan pilihan sederhana, namun sangat sederhana karena latar belakang adalah masalah uang terlebih nyawa. Inilah cermin masyarakat kita, yang lebih memilih jalan alternatif demi sebuah proses instan. Memang tidak ada yang bisa disalahkan sepenuhnya, karena masalah ini terus ada hingga entah kapan itu waktunya. Kita juga tahu itu semua.

Jauh dari suasana politik gaduh ala sajian politikus senayan, mereka manusia bodoh tanpa ijazah Sarjana. Sudah bisa, melakukan hal yang semestinya dilakukan manusia. Yaitu memuliakan sesama tanpa pandang beda agama. Karena kita mungkin, tak akan pernah punya sejarah kehidupan tanpa peran serta mereka dahulu ketika membantu para lelulur kita.

Inilah sebuah prosesi paling menegangkan dalam kehidupan kita. Dimana akan menjadi awal penghantar manusia ke alam dunia atau pengakhir harapan. Ironi memang, kita harapan terbesar mereka hanya digantungkan kepada Tuhan saja.


Maka tak usah heran, ketika Dukun Beranak sering dieluh – eluhkan sebagai pahlawan. Namun tak jarang dicaci maki bagai sampah busuk, karena hilang nyawa manusia. Menjadi getir pelangkap, dalam sajian penghantar sisa usia mereka di kehidupan ini. Hal ini sudah biasa bagi mereka, asal jangan anggap kami sebagai pemusnah generasi. Karena itu bukan tujuan kami menjadi seperti saat ini. Yang sudah berhasil membantu proses persalinan ratusan hingga ribuan, generasi muda harapan orang tua & bangsa.

Kesimpulan : Kehidupan yang paling menyedihkan adalah hidup tanpa tanggung jawab sosial.






35 comments:

  1. keberadaan dukun beranak di kampung2 justru sangat membantu para warga yang nggak sanggup ke dokter ya mas.

    bagaimanapun mereka adalah orang yang banyak berjasa terhadap sesama.

    ReplyDelete
  2. Iya betul, realita sosial yang benar-benar memilukan mas Andy :"|

    ReplyDelete
  3. dulu banyak angka kematian karna melahirkan sebab sedikitnya dokter atau bidan, sekarang jarang terdengar ada ibu meninggal karna melahirkan, karna penanganan medis yang canggih, tapi dukun bayi jg masih diperlukan juga dimasyarakat...

    ReplyDelete
  4. Jauh ditempat dimana kita berada, sosok seorang dukun beranak masih ada dan SANGAT dibutuhkan masyarakat disana

    ReplyDelete
  5. dukun beranak masih ada toh sekarang?

    ReplyDelete
  6. dukun beranak..
    mendengar kata depannya saja sudah berkonotasi negatif..

    mungkin begitu opini dari orang kota yang sama sekali tidak pernah berjumpa dengan dukun beranak yang sesungguhnya...

    ReplyDelete
  7. sudah lama ndak denger cerita ttg dukun beranak

    ReplyDelete
  8. Saya dulu pengen banget kalo melahirkan pake dukun beranak! Di rumah, cuma pake penerangan lilin, trus

    ReplyDelete
  9. Sekarang dukun beranak [kalau gak salah] rata-rata sudah dibekali pengetahuan sanitasi/hygiene kan?

    Yg generasi cucu ortu saya yang lahir denagn bantuan dukun beranak dalam keluarga ada 1 kponakan. Kalau saya dan semua sodara, dijamin deh semua dengan bantuan dukun beranak.

    ReplyDelete
  10. aku ga suka dgn sebutan dukun beranak, pakai sebutan bidan-lah :D

    ReplyDelete
  11. kadang emang dukun beranak lebih mulia daripada dokter, kalau dokter memang pintar tapi kadang suka minteri. buktinya, kalau kita ke dokter biasanya suruh oprasi dengan alasan ini itu. dia selalu berpihak pada uang, bukan pada orang.

    ReplyDelete
  12. Bandingannya sama orang pintar dan terhormat di Senayan ya :D
    Beda dong, Dukun beranak jauh lebih punya nilai sosial dan kemanusiaan yang tinggi daripada orang berdasi di Senayan :D

    Dukun beranak sangat berjasa, di tanah kelahiran saya tentu pernan dukun beranak lebih banyak daripada dokter, pelosok. Begitupun di tempat tinggal saya skrg di Surabaya, dukun beranak masih sangat berjasa kok.

    ReplyDelete
  13. dukun beranak atau dokter kandungan, mempunyai kelebihan dan wilayah prakteknya sendiri2, tidak perlu mencaci yang satu tanpa tahu sejarah dan sepak terjangnya masing2 #imo

    ReplyDelete
  14. di daerah deket desa KKN saya dulu, ada kolaborasi bagus antara dukun beranak dengan para bidan desa. masyarakat welcome, nggak masalah jadinya.

    ReplyDelete
  15. kenyataan kok
    ibue citra juga masih saja suka bawa anak anak ke dukun bayi kalo pas pulang kampung
    anak rewel yang ga teratasi oleh medis modern ternyata langsung lewat di tangan keriput mereka

    ReplyDelete
  16. Kehadiran dukun beranak bs dijadikan solusi bagi masyarakat yg tinggal di desa2 terpencil mas Andy..ketika gak ada pukesmas maupun sarana kesehatan ainnya

    ReplyDelete
  17. di daerah saya juga masih banyak mereka... ya pertolongan Allah kan bisa berupa dari mana aja. Salah satunya dari tangan dukun beranak ini..

    ReplyDelete
  18. mereka aadalah bidan tanpa ijazah sekolah kebidanan...
    :P

    nanti dibikin judul film...
    dukun beranak ngesot....
    heheee

    ReplyDelete
  19. mereka yang pergi ke dukun beranak rata-rata karena masalah ekonomi yak.. jadinnya kalau sekarang biaya gratis mudah2an gak ada lagi yang ke dukun beranak..

    ReplyDelete
  20. mungkin, dukun-dukun beranak itu lah yang melahirkan dokter2 dengan sgala kearoganan dan kecongkakan mereka.saya bilang begitu karena : tidak ada yg gratis sekarang, mati sekalipun

    ReplyDelete
  21. uang.... masih jadi prioritas dan dituhankan di indonesia... atau mungkin disebagian besar negara di dunia...

    ReplyDelete
  22. Nahh,. kemarin di desa sempat membahas tentang ini. di Dompu sini, dukun beranak masih lebih populer daripada bidan desa, karena pendekatan mereka yang memang berbeda. Satu karena profesi, yg satu karena murni ingin membantu orang lain..

    Bahkan seorang yg terpelajar pun (misalnya bidan) harus banyak belajar dari orang yg tak bergelar sarjana itu..

    Apa kabar mas Andy?? lama gak main kesini :D

    ReplyDelete
  23. di tempatku masih sangat banyak dukun beranak :D

    ReplyDelete
  24. "Kehidupan yang paling menyedihkan adalah hidup tanpa tanggung jawab sosial" -> bikin nundukin kepala n hati :(

    ReplyDelete
  25. kalau saya lihat, dukun beranak lebih ikhlas :)

    ReplyDelete
  26. seharux semua hrs saling membantu, dan perlu adax saling berkomunikasi antara yg tradisional dan modern cz tdk menutup kemungkinan ada yg unggul dab ada pula yg salah...

    ReplyDelete
  27. aku percaya sama dukun beranak yang sudah banyak pengalaman. betul sekali, bahkan bidan pun sering belajar dari mereka. proses melahirkan itu naluriah, alami, sebelum ada dokter ya dukun duluan. aku harap dukun2 ini selalu ada, tapi dengan pengawasan dari dokter kandungan misalnya. jadi higienitasnya lebih terjamin.

    ReplyDelete
  28. sebenarnya yg bikin image dukun beranak itu jelek kyknya film2 indonesia jaman dulu yg klo film2 horo mistis gitu ada dukun beranaknya bwahahahaa.. ga nyambung yak :p

    ReplyDelete
  29. Dukun beranak masih dibutuhkan masyarakat yang tinggal di pulau-pulau terpencil yang sulit dijangkau. Tak melulu karena faktor ekonomi, namun karena ketiadaan dokter dan minimnya fasilitas kesehatan yang tersedia.

    ReplyDelete
  30. hmmm dukun beranak itu menurut gua harus dirangkul oleh dokter-dokter dan dinas sosial gitu. gue pernah baca di majalah, di NTT orang lebih percaya dukun beranak padahal angka kematian ibu dan bayi tinggi karena kurangnya pemahaman masyarakat. akhirnya bidan-bidan merangkul dukun beranak supaya mereka bisa ngajak ibu-ibu ke posyandu buat kontrol bulanan dan nemenin mereka melahirkan. jadi kayak semacam strategi win-win gitu lah. :)

    ReplyDelete
  31. Pada kenyataannya sekarang yang saya lihat, profesi bidang medis resmi yang membantu proses persalinan seperti bidan, bekerja sama dengan 'dukun beranak' setidaknya di daerah saya tinggal sekarang, Banten. Atau informasi yang saya dapat dari sedikit dialog saya dengan salah satu 'dukun beranak' di kampung ibu saya, Lampung-Selatan, ada penyuluhan dan sertifikasi yang diberikan oleh Bidan kepada para 'dukun beranak' disana. Bagaimana dengan daerah lain??

    ReplyDelete
  32. Tergelitik utk mengomentari sbg seorang dokter. Kekurangan dukun beranak dibandingkan bidan atau dokter? Mereka tidak belajar dasar medis persalinan & hygiene. Tp bukan berarti kemudian dukun beranak disingkirkan dari perannya. Justru skrg sedang digalakkan kerjasama dokter - bidan - dukun beranak. Dukun beranak diberikan pelatihan ttg persalinan yg higienis. Disebar bidan desa shg dukun beranak bisa menangani persalinan bersama dg bidan desa, yg merupakan petugas medis terlatih. Lalu kalau persalinannya tidak normal, wajib hukumnya utk merujuk ke dokter karena tingkat kematian bayi akan tinggi kalau persalinan tidak normal tidak ditangani dg fasilitas medis yg memadai.

    Salam.. =)

    ReplyDelete
  33. sekarang sih jarang ada dukkun beranak ya. udah lama gak denger tentang dukun beranak

    ReplyDelete
  34. Judulnya top, begitu baca, lebih top lagi. Melihat hal-hal yang umumnya sudah mulai terlupakan, contohnya ya Dukun Beranak ini, padahal dulu, atau mungkin hingga sekarang, mereka masih memiliki peran yang penting.

    ReplyDelete
  35. Di tempat q ga ada sebutan dukun beranak,tapi bidan yg sebelum nya belum ada bidan kesehatan.yg bilang dukun paling cuma orang terpelajar yg kadang berkomen kurang ajar.saya punya buyut bidan,turun ke nenek bidan,turun lg ke ibu bidan.dan baru2 ini tgl22-07-2013 istri ku melahirkan ga sempat cari bidan.entah naluri keturunan atau spontanitas.proses persalinan istri ku,ku tangani sendiri.setelah lahir bru bidan clinic datang.setelah tlp q ga di angkat karna larut malam.

    ReplyDelete

Komentar anda, secara tidak langsung. Merefleksikan kualitas diri anda yang sebenarnya.