Jakarta Pukul Delapan
Beberapa orang bekerja, untuk bisa bertahan hidup. Beberapa orang lainnya, bekerja untuk menyalurkan hobby. Dan beberapa orang selanjutnya, tidak tahu, secara pasti untuk apa mereka bekerja. Kasihan, adalah kata rumpang, yang cocok menggambarkan hal yang ketiga ini.
Jakarta, pukul delapan, setelah ba’da isya.
Sebut saja, dengan nama Mawar. Nama samaran sekaligus pasaran, sebelum masuk
bui. Mungkin tak banyak yang tahu terlebih mau tahu, tentang apa yang terjadi
setelah pukul delapan. Jika anda yang menebak, ini kisah tentang balada seorang
pelacur kelas kakap. Itu salah besar.
Semua bermula, beberapa tahu silam. Ketika faktor
kebutuhan ekonomi, sudah tak terbendung lagi & menjadi penyebabnya. Hal,
serupa, namun tak sama juga di alami beberapa juta manusia diseluruh penjuru
dunia. Berbeda tentunya, dengan apa yang terjadi disekitar kita saat ini. Tidak
peduli, tua maupun muda, semua berduyun-duyun keluar dari jeratan kemiskinan.
Perlahan namun pasti.
Ada yang bergembol, mencari nafkah secara halal.
Dan, ada juga yang bertolak belakang dari kata halal. Terserah, orang mau
menghujat apa & bagaimana dengan kata haram. Karena itu hak mereka, yang
konon katanya mahluk paling sempurna, tidak lain & tidak bukan bernama
manusia. Persiapan, dimulai bersamaan dengan adzan shalat isya berkumandang,
tepat pukul 19.29, waktu yang tertera di jam dinding.
Kaum hawa, berpakaian rapi, dengan lipstick menor
berwarna merah yang menghiasi bibir sensual. Sedangkan kaum adam, berpakaian
rapi dengan sedikit gel rambut, membuat kesan klimis. Pelayan klub malam, lebih
tepatnya pekerjaan dua insan manusia tersebut. Menurut, rumor yang beredar konon
sangat dekat, dengan surga dunia, antara seks serta miras adalah contoh
sederhananya.
Bukan rahasia umum lagi, jika bekerja di gemerlap
cahaya, sangat berbeda 360° dengan yang sepi kilauan cahaya. Entah kenapa, bisa
seperti itu adanya. Godaan, dari pangkal paha hingga belahan dada, adalah
bukti nyata yang kerap datang menggoda iman. Belum lagi, dengan tindak
pelecehan, yang sengaja maupun tidak sengaja mendarat tepat di tubuh indah kami.
Mungkin sampai disini, tak ada yang mengira hal tersebut terjadi, bukan ?
Semua hal, bisa terjadi dalam hitungan detik
menuju menit, tanpa terduga. Tak usah, berkata “ Melawan “ karena hal tersebut,
tanpa disuruh sudah kami lakukan. Namun apalah daya, ketika orang miskin melawan,
tetap tak ada yang membela. Anomali, yang sudah menjadi hal biasa di negeri
yang dahulu, sempat diberi julukan “ negeri gemah, ripah loh jinawi “.
Terkadang demi, senggegam harapan. Segala daya
serta upaya harus di jalankan dengan senang hati. Karena menyerah sekarang,
berarti menyerah untuk masa depan. Bukan sekedar omong kosong belaka, karena
tanggung jawab manusia dewasa, adalah bertanggung jawab untuk diri sendiri
& untuk orang-orang disekitar kita, keluarga & anak adalah tanggung
jawab pasti.
Yang mau tidak mau, harus kita terima, karena itulah alasan, mengapa jutaan manusia diseluruh penjuru galaksi ini terus bertahan hidup, sekarang & nanti. Tidak ada yang mengemis haru biru, untuk sekedar dihargai, namun cobalah pahami apa yang sedang terjadi. Dan lihatlah, semua dengan kacamata elang bukan kuda, yang melihat jauh kedepan. Memang setiap pekerjaan, apa pun itu bentuknya.
Pasti, memiliki resiko tersendiri yang harus dihadapi. Itulah yang sedang kami hadapi. Dan mungkin juga, sedang anda sendiri hadapi. Namun, tolong jangan beri predikat kami, sebagai pelacur atau apa pun juga yang berbentuk negatif. Yang cepat atau lambat, akan berdampak pada kehidupan sosial keluarga & anak kami di masyarakat. Jikalau tidak puas, silahkan hina kami dengan seribu satu sumpah serampah, namun jangan sekali-kali menghina tujuan hidup kami yaitu yang bernama keluarga.
Kesimpulan
:
Orang yang menyalahkan orang lain atas kehidupannya, hanyalah pengecut yang
hanya bisa lari dari tanggung jawab.
terseok-seok menjalani kehidupan untuk meraup asa. di saat orang-orang tidak saling peduli. yang penting senang dan menang. harkat manusiawi terabaikan, lalu lahirlah pemenang yang pecundang. entah kenapa negeri ini menjadi terbengkelai seperti ini.
ReplyDeletekata yang terakhir itu bagus mas, tapi kenapa menggunakan kata pecundang? bukankah pecundang itu ada alasan kenapa di menjadi seperti itu?
ReplyDeletekunjungan pertama mas, maaf belum bisa terlalu komen banyak ..
tak ada manusia yang sempurna, begitu pun dengan pekerjaan yang di pilih oleh seseorang. yang penting masing masing pribadi bisa bertanggungjawab dengan pilihan hidup dan pekerjaan yang di jalaninya.
ReplyDeleteterimakasih telah mengajak saya untuk membaca blog anda ,kalo menurut saya ,setiap kehidupan pastilah memiliki arah dan tujuan yg mereka inginkan dan semua memiliki resiko terhadap arah dan tujuan yang mereka jalani ,begitu pula dengan pekerjaan seperti blog anda yg menceritakan bahwa setiap pekerjaan, apa pun itu bentuknya. Pasti, memiliki resiko tersendiri yang harus dihadapi.
ReplyDelete...dan orang yang menyalahkan orang lain atas masalahnya pastilah belum kenal betul bagaimana problem solving yang ideal :)
ReplyDeleteKita bekerja karena ingin bertahan untuk hidup. Semua dikembalikan dari niat masing-masing pribadi.
ReplyDeleteKereeen,, emng kita gak bisa menyalahkan profesi seseorang. Siapa si yg mau jadi pelacur? gak ada. Ini masih jadi PR pemerintah dan kita semua, gimana caranya biar kemakmuran masyarakat jadi merata sehingga gak perlu lg ada yg namanya jadi pencopet, pelacur, dll.
ReplyDeletemmmmmm...nasib dan takdir itu udh ada yg ngatur, berusahalah tugas manusia,even itu akhirnya akan beda dg yg diharapkan, tapi apa yg kita buat itu lh yg akan kita petik, yg utama itu IMAN,,mo sesusah dan sesulit Apa hidup, jika IMAN kuat,jalan salah tetap tak akan prh diambil,,,:D
ReplyDeletejangan menyalahkan , mending berbuat untuk memperbaiki kesalahan ...
ReplyDeletehehehe
Mudah2an jadi pelajaran bagi kita ya mas :)
ReplyDeleteSuka kata-katanya...
manusia dengan segala prasangkanya...
ReplyDeletetidak mau tahu kenapa seorang memilih jadi pelacur, pegawai club, pun pengemis sekalipun...
emm, setidaknya, kalau tidak bisa membantu yah, janngan mencemooh....
Saya masih penasaran kenapa Mawar masuk bui, apa sebabnya sob?
ReplyDeletesetiap orang punya jalan hidup berbeda-beda...
ReplyDeletedan setiap orang tidak bisa menyalahkan keputusan orang lain karena dia yg menjalaninya..
:)
Saya suka kesimpulannya. Dan, everything happens for a reason. Ada alasan2 tertentu mengapa seseorang membuat pilihan dalam hidupnya, dan kalau kita benar2 tidak tau, sebaiknya jangan cepat2 menilai orang itu.. Don't judge book from its cover.
ReplyDeletekesimpulannya mantap
ReplyDeletelet they live from their chance... :)
ReplyDeleteand let God punnish them, if their way is wrong. :)
Jangan menyalahkan suatu kondisi di sekitarmu... Intropeksi diri sendiri dulu...
ReplyDeletesetuju Mas Andy, menyalahkan orang lain atas tindakan kita bukan hanya pengecut tapi
ReplyDeletejuga tak bermoral
kalau sudah urusan perut, memang agak susah kalau di nilai hanya satu sisi... ada sisi dimana yang kita tidak tau dan tidak mengerti
ReplyDeleteyep , manusia boleh meng-identifikasi . tuhan yang mengadili .
ReplyDeletetak sepantasnya kita (manusia) menunjuk nunjuk dengan tak sopan seorang pelacur jikalau kelak ia akan berada di neraka .
mereka pun punya tujuan hidup.
sekali lagi , karna tuhan yang maha Adil. dan maha Pengadil
sayang sekali kalau sampai terjerumus, menjadi pelacur karena terpaksa tentu beda dgn menjadi pelacur krn hawa nafsu
ReplyDeleteikut menyimak ya
ReplyDeleteSebuah dilema besar memang, tapi tak selayaknya seseorang menghalalkan sesuatu yang haram demi alasan apapun. keluarga, apakah keluarga bahagia mawar berlaku seperti itu? entahlah. Saya nggak pernah mengalami hal itu, dan saya nggak tahu bagaimana rasanya. Naudzubillah.
ReplyDeleteuntuk para penghujat, ingatlah bahwa kebenaran kita sekarang ini tidak menjamin bahwa diakhir hayat nanti kita dalam keadaan yang benar. Boleh marah, benci, atau apapun. Tapi memaki tetapkah sesuatu yang hina. Jika anda memaki, maka anda tidak lebih mulia dari orang yang anda hina.
mas andy, tulisanmu tuh slalu sarat makna. tp kenapa otakku lemot unt nyimak yg kaya beginian. kenapa..kenapa..kenapa :D
ReplyDeleteHidup memang sebuah pilihan. Dan setiap kita berhak memilih apapun...diantara banyak pilihan itu, hanya kita y paling tahu apakah pilihan itu sdh tepat atau blm..
ReplyDeleteSalam kenal
@yeyeaza
Serbuan pagi ^^ Semangat...semangat...
ReplyDeleteada banyak pos mas Andi dg tema yg ini. salut,,, tak pernah kehabisan kata untuk membuka mata manusia bahwa hidup adalah pilihan... bahwa kejelekan dimata orang adalah kebahagiaan atau malah sebuah keterpaksaan untuk sebahagian yang lainnya...
ReplyDeletetulisannya keren2 :)
ReplyDeleteEntahlah, mungkin saya yg picik atau seperti kesimpulan diatas, tapi saya tetap gak bisa membenarkan perbuatan tsb. Mungkin saya yg gak ngerti dunia atau saya yg gak begitu "melek" tapi saya tetap melihatnya sbg sebuah penyimpangan (dlm agama saya). well, setiap orang akan mempertanggungjjawabkan pilihan hidupnya. Termasuk saya yg bagaimanapun, tetep gak bisa sepakat.. :-)
ReplyDeletemenurut saya pribadi, tidak semua dari dunia yang seperti itu kesalahan mereka. terkadang ada di antara mereka yg terpaksa melakukan hal seperti itu, seperti di film 'jamila dan sang presiden' mas. jadi memang benar adanya, kita nggak boleh nge-judge seseorang tanpa mengetahui yg sebenarnya terjadi.
ReplyDeleteyaps setuju sama mas ini, jgn pernah lari dari masalah .
ReplyDeletedan satu lagi kita sebagai manusia tidak berhak untuk men.judge oranglain, hanya Tuhan yg pantas melakukan semua itu .
kunjungan pertama nih mas :D
kang... kapan-kapan kopdar yuk... :)
ReplyDeleteSemua orang bisa memilih kok. yang lari itu memang pecundang.. nice.
ReplyDeleteKalu berkenan dan sudi, mampir ke blog saya, hehe.
Tidakkah mampu menjadi pelayan club malam berarti juga mampu menjadi pelayan di toko atau minimarket atau kafe?
ReplyDeleteAda banyak pekerjaan lain, sebenarnya.
namun mindset yang menganggap "tak ada pekerjaan yang lain" itu yang mungkin harus dibenahi.
Selamat pagi bang :)
tiap orang pasti punya alasan memilih sesuatu, termasuk dlm profesi dan pekerjaan. Dan pasti sudah mempertimbangkan resikonya. Ga usah ikut2an menghakimi, krn kita tak pernah berada dan tak pernah tau apa yg dia alami
ReplyDeletekehidupan kita sendiri yg menentukan ya daripada menyalahkan orang lain
ReplyDeleteuwaaa foto monasnya cantik sueeekaaaliii
ReplyDeletebagus,,, hidup memang harus kita tentukan dan kita pilih. dan setiap pilihan memang selalu ada resikonya.
ReplyDeletebagi para pekerja di daerah "abu - abu" memang rentan mendapat stigma negatif. mengutip pendapat maslow ttg hirarki kebutuhan, kebutuhan fisiologi (makan , minum dan kebutuhan fisik lainnya) memang menjadi kebutuhan pertama dan utama. kalau kebutuhan pertama saja sulit terpenuhi maka akan sulit seseorang memikirkan kebutuhan tingkat selanjutnya seperti perasaan ingin di hargai dan aktualisasi diri...
ReplyDeleteBagus tulisan.a :)
ReplyDeleteTapi pasti klo ustad yg baca.. Bingung deh mau komen apa :D hahahaha
Salam kenal dari orang biasa
@AproditJasmine
sebelumnya, terima kasih banyak ya mas Andy sudah mampir ke blog saya dan untuk komennya saya sangat senang :)
ReplyDeletetulisannya bagus mas, dan juga mengetuk hati. saya ingat, ayah saya tidak terlalu suka pekerjaan seperti jurnalistik, katanya pekerjaan seperti itu seringnya memaksa orang, membuat berita2 tidak benar. tapi saya tidak sependapat, kalau tidak ada mereka, lalu siapa yang menyampaikan berita. apalagi saya juga suka menulis.
tulisannya keren2 mas.. semua ada pada individu masing2
ReplyDeletefotonya keren juga tuh