Demo, Bemo dan Germo
Dahulu ada bemo, kini ada demo. Berbicara
mengenai masalah demo. Disini dengan gampangnya orang berdemo. Seakan-akan tidak
ada aturan dalam hal berdemo. Sehingga demo, bemo dan germo hampir sama saja
artinya. Yaitu, sama-sama bernama masalah. Dan, sama-sama menambah beban
masalah.
Seperti, sampah yang menumpuk, fasilitas umum yang rusak hingga penjarahan benda berharga adalah pemandangan yang biasa, dan mungkin juga sudah membudaya, seusai demo itu berlalu.
Inilah salah satu sebab akibat dari lemahnya
sistem penegakan hukum kita. Ketika hukum itu sendiri hanya tegak dalam tataran
teori, tapi lemah dalam hal implementasi. Tentu, banyak kisruh yang akan
terjadi, kini dan mungkin juga nanti setelah kita mati.
Karena berdemo dalam konteks kekinian, bukan
lagi sebagai alat murni perjuangan. Melainkan, sebagai alat unjuk kehebatan.
Barangkali, itulah yang kini sering terjadi. Karena, paradigma berdemo tidak
mengganggu, merusak dan tawuran berarti itu tidak jantan. Masih menjadi
ideologi yang popular dan ngetren di belantika kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Tidak semua persoalan akan terselesaikan, dengan
cara kita berdemo. Dan, tentunya kita pasti sudah tahu akan hal tersebut. Karena bangsa yang
besar, bukanlah bangsa yang gemar berdemo atau pendudukannya mayoritas memilki
pekerjaan sebagai germo.
Melainkan, segenap penduduknya bergotong royong membangun bangsa ini dalam berbagai aspek kehidupan. Sekarang atau tidak sama sekali. Kembali ke jaman sebelum reformasi, atau berani berkreasi di jaman demokrasi.
Melainkan, segenap penduduknya bergotong royong membangun bangsa ini dalam berbagai aspek kehidupan. Sekarang atau tidak sama sekali. Kembali ke jaman sebelum reformasi, atau berani berkreasi di jaman demokrasi.
Jangan sampai, ketika di minta bersuara tentang
persoalan yang ada di dalam negeri sendiri, bisa dikatakan kita mandul dan
tumpul. Seperti orang yang berbicara tidak proporsional, tapi ingin di anggap
orang yang intelektual. Dalam bahasa sarkastik, mungkin bangsa kita bisa
dikatakan sebagai bangsa pencundang.
Karena inilah salah satu negara yang gemar
melakukan import, dibanding menggalakan upaya ekspor. Pemerintah yang gemar
korupsi dan kolusi, dibanding melahirkan bibit berprestasi. Sedangkan,
masyarakatnya di kenal juga sebagai pribadi-pribadi yang pandai bertutur kata,
baik itu masalah agama, cinta hingga budaya.
Tapi, sedihnya suka abai terhadap kondisi
tetangga. Apalagi, mengurusi masalah berkurangnya populasi harimau Sumatra.
Harus kita akui bahkan mungkin juga harus kita amini. Karena inilah gambaran
bangsa kita saat ini yaitu ironis, miris dan tragis.
Kesimpulan
:
Terkadang apa yang paling penting, bukanlah apa yang kita katakan. Melainkan,
apa yang sudah dan akan kita lakukan.
germonya perlu didemo sama bemo deh Mas, hehe
ReplyDelete"Tidak semua persoalan akan terselesaikan, dengan cara kita berdemo." bener banget. paling kesel sama org yang bisanya cuma demo atw omdo..tp gak bisa bertindak lebih nyata :)
ReplyDeleteintinya negara ini belum siap dengan demokrasi yang terlalu luas seperti sekarang. kayaknya masih perlu tangan besi tapi yang mau menyiapkan mental rakyatnya agar bisa belajar demokrasi...
ReplyDeletekadang demo itu cuma ikut2an bisa jadi gak mengerti menuntut apa :)
ReplyDeletedemo dan bemo membuat masalah sama2 bisa bikin macet ya mas. hehe. apalagi demo yang anarkis itu wah...bikin kisruh. betul mas andy bilang bahwa lebih baik fokus dengan perubahan apa yg akan kita lakukan , daripada sekedar demo anarkis .
ReplyDeleteYa kalau atasan pemerintahnya saja kurang benar, gimana mau ngurus rakyat yang dibawah..
ReplyDeleteBemo di Jakarta sudah mulai di tata walau demo masih merajalela. Untungnya Germo di Surabaya sudah nurut-nurut hehe
ReplyDeletedemo, efek dari reformasi. ..
ReplyDeletebemo, efek dari trantib dan germo efek dari perut, ...
demo gak apa-apa asal tidak menjurus ke anarkhis
ReplyDeleteakhirnya muncul lg :D
ReplyDeletemau demo seheboh apa jg, biasanya yg didemonya ga peduli heuheu..
berbicara bemo, di rumah saya masih ada bemo loh :)
ReplyDeleteSebenernya kalau di kampus saya ada pembedaan antara demo, bemo dan aksi. Kalau demo itu dilakukan oleh oknum yang bukan mahasiswa mas, tapi kalau aksi inshaAllah kita jalannnya damai. Cuma mau meluruskan saja. Baru nulisnya aku terakhir baca blog ini yang televisi kalau ga salah. Keep nulis lagi :))))))))))
ReplyDeletegaya tulisannya tetep asik dan menarik :D
ReplyDeletemaaf OOT, itu cara masukin akun goodreads ke blog gimana sih? :(
saya gak bisa-bisa masa fufufufu
Mantap, bro. Lagi2 masih tetap wiseful postingannya dan paling suka baca bagian akhirnya. LOL
ReplyDeleteSetuja gw, memang hukum di Indonesia tuh teori doang, implementasinya lemah. Orang kita gampang banget luluh sama "lembaran-lembaran kertas". Masalah demo, gw suka kesel kalo ormas-ormas yg mengatasnamakan islam. Gedeg, kalo gitu terus gmn islam gak dipandang keras coba...
ReplyDeletesuka jengkel ama demo saya mas, bikin macet X_X
ReplyDeleteDemokrasi yang tidak jelas arah dan tujuan. Undang undang hanya untuk keselamatan pribadi dan golongan. Ah tukang demo juga mencari nafkah, alias demo bayaran. Germo germo semakin berkuasa.
ReplyDeletebanyaknya orang demo tapi gak ngerti yang di demoin tuh apa --"
ReplyDeleteYang demo suka lupa kalo mereka mengganggu ketertiban umum :(
ReplyDeleteDari sekian banyak masalah yang muncul dari bemo, demo dan germo, kayaknya bemo yg memiliki andil paling kecil dari masalah masalah yang muncul di negeri ini..
ReplyDeleteBtw, kesimpulan di setiap tulisan di blog ini selalu keren.
ewww, aku gak suka demo, apalagi germo. mending naik bemo aja kaya dono, hehehe. btw, suka banget sama kesimpulannya. daripada berkata2 mending langsung lakukan. karena itu yg akan langsung dilihat orang dan terasa dampaknya, bahkan untuk diri kita sendiri :)
ReplyDeletehmmm... terkadang demo muncul karena ada yg memicu dan memprovokatori :)
ReplyDeleteBetul banget mbak. Tapi, yang kena provokasi nih juga kasihan yah .. hehehe. Okelah kalo provokasinya membangun untuk kepentingan bersama nggak masalah, eh kalo untuk kepentingan politik yang saling menjatuhkan? Aduh. Kudu kritis nih ...
DeleteMemang ketiganya itu masalah. Tapi masalah itu tidak akan berakhir kalau masing-masing dari kita tidak menyadari kewajiban kita untuk saling mengingatkan dan menegur jika saudara sebangsa kita melakukan hal yang merugikan banyak pihak. Kita tidak bisa memasrahkan semuanya pada mereka yang bertanggung jawab saja, kan jelas, mereka yang kita anggap bertanggungjawab jumlahnya nggak sampai sepuluh persen dari jumlah warga negara Indonesia. Emang bisa yah kita memasrahkan semuanya pada mereka dan menuding mereka jika bersalah? Kan nggak semuanya bisa tercover. Hehe. Intinya, kita juga bertanggungjawab untuk menjaga itu. Sekarang kita itu krisis kepedulian dan tanggung jawab sosial.
ReplyDeletedemo sekarang benar-benar kebablasan,,,,berdemo demi kepentingannya sepihak,,,namun mengorbankan kepentingan jutaan pihak lain saat mereka berdemo......keep happy blogging always..salam dari Makassar :-)
ReplyDeletesemoga ini semua cepat berlalu...
ReplyDeletekadang orang demo jg ga pake mikir sih.. sering merugikan kepentingan umum.. bikin jalan macet, jalur ketutup, blm lg klo demonya pake rusuh.. hadeeh
ReplyDeletedemo juga malah akhirnya suka merugikan banyak orang
ReplyDeletenegara ini memang semakin aneh, ada bemo, ada demo dan ada germo...
ReplyDeleteah sudahlah....