Kami Bukan Pengkhianat






Teori peradaan sejatinya, tidak pernah salah mencatat & merekam sejarah yang telah terjadi. Maupun yang akan terjadi, sekarang & nanti. Dan itulah mengapa sejarah ada & tercipta. Dan hingga kini terus dipelajari asal usulnya.

Namun tak bisa dipungkiri, banyak aspek yang bisa merubah sejarah, itu sendiri. Mulai dari, menghujam pisau ke ulu hati, menenggak seliter obat nyamuk, hingga berganti identitas sebagai warga negara. Hal ini, bukanlah sebuah lelucon semata, atau omong kosong dari seseorang yang mabuk, sebabis habis menenggak sebotol Bir.

Percaya atau tidak. Cepat atau lambat, kita akan merasakannya sendiri. Sebuah realitas sosial, yang tak mengenal kata belas kasihan. Bertahan atau tidak, sebenarnya, bukan pilihan yang susah. Tinggal bagaimana, kita memilih saja. Sesuai situasi & kondisi. Namun terkadang, berkata itu, tak semudah membuang riak ludah.

Sehingga butuh pertimbangan yang matang, untuk menghasilkan keputusan. Tak mengapa, jika nanti pada akhirnya memilih menjadi warga negara lain, ketimbang harus bertahan sebagai warga negara, negeri putih putih abu-abu. Yang punya pemimpin, tapi tak terasa punya pemimpin. Ketimpangan sosial, hukum hingga agama, menjadi suatu hal yang lumrah di negeri ini.

Entah, kadang keputusan tersebut, banyak memunculkan persepsi publik. Dari mulai ya pro sampai yang kontra, suka tidak suka, harus di terima. Karena kami yang menjalani semua pilihan tersebut. Sekarang dan untuk selama-lamanya. Namun jangan salah artikan semua itu, dengan stigma pengkhianat bangsa.

Tak ada yang tahu secara pasti, tingkat nasionalisme seseorang, jika hanya di ukur dari sebuah identitas. Karena nasionalisme, hanya ada dalam dalam tutur bahasa & budi pekerti luhur. Tak berarti, mereka yang berganti identitas, lantas disebut pengkhianat, sedangkan yang tidak berganti identitas disebut nasionalis. Alangkah tidak adilnya dunia ini. Jika hal tersebut, masih berlaku, di abad 21.

Melihat persoalan sebaiknya dilihat dari semua aspek kehidupan , dari mulai tempat, waktu & kebutuhan. Sehingga, tidak melulu berkutak dengan masalah warna bendera yang berbeda. Bukannya apatis terlebih pragmatis, terhadap kondisi negara sendiri yang amburadul. Namun hidup harus terus berlangsung, dengan atau tanpa hal yang sama, bukan begitu.

Jika, ada pepatah lama berbunyi “ Lebih baik hujan batu di negeri sendiri, dari pada hujan emas di negeri orang “. Ini sebenernya pepatah kuno, yang perlu di modifikasi. Sebab, mana ada, manusia lebih suka susah, dibanding senang. Tak ada yang mau munafik, dan bersembunyi terus di batu. Dengan mengharap belas kasihan orang lain, terus sampai nanti koma, lalu mati.

Inilah suatu kondisi nyata, yang ada didepan pelupuk mata mereka, karena fakta dilapangan selalu berbicara jujur dari pada sekedar retorika belaka. Memang sulit menerka pikiran orang lain, terlebih orang yang tidak pernah kita jumpai sama sekali. Terkecuali, kita dekat dengan mereka, hingga masuk menyusup ke rongga pori-pori kulit mereka, yang berbau anyir terlebih asam.

Tidak teramat penting, memiliki & memilih negara, apa pun itu warna benderanya. Karena yang terpenting dibalik itu semua adalah mempunyai kontribusi lebih, dalam perkembangan sejarah sebuah bangsa. Itulah yang sering dilupakan & dianggap angin lalu kini & mungkin juga nanti.


Jadi jangan heran, jika menemukan banyak manusia yang sepanjang hidupnya hanya dihabiskan untuk makan, sakit lalu mati. Tanpa peduli, siapa yang membiayai semua hal tersebut. Terlebih memikirkan kondisi negaranya, memikirkan diri sendiri saja mereka sudah sering terkena syndrome pusing, mual hingga muntaber. Dengan kata lain, sudah hidup menjadi benalu hingga mati pun menjadi benalu.

Terkadang, memang beginilah rahasia kehidupan. Yang ada kalanya memilukan, menyenangkan atau justru memuakan. Tinggal memilih & menikmati saja, potongan puzzle yang kita sukai, dibanding harus berkeluh kesah. Itu jauh lebih indah bukan. 

Kesimpulan : Jangan pandang masa lalu dengan penuh penyesalan. jangan pula memandang masa depan dengan ketakutan. Tapi pandanglah sekitarmu dengan penuh kesadaran.




29 comments:

  1. suka dengan kesimpulannya :D

    ReplyDelete
  2. iya, berganti kewarganegaraan itu bukan tindakan pengkhianatan. itu dijamin lho bahkan oelh konstitusi.

    pandang juga masa sekarang dan masa depan dengan optimis dan relistis.

    ReplyDelete
  3. berganti kewarganegaraan demi tuntutan mencari kehidupan yang lebih baik, saya rasa wajar-wajar saja....dibandingkan dengan yang masih menjadi warga negara indonesia, namun diam-diam menguras harta kekayaan negara demi keuntungan pribadi semata :)

    ReplyDelete
  4. Yang penting kita tak perlu menghakimi sesama manusia hanya karena pindah kewarganegaraan ya mas

    Masing2 dari mereka pasti punya alasan kuat saat mengambil pilihan itu. Dan semestinya kita juga bisa menghargai apapun pilihan mereka sepanjang itu tak merugikan kita.

    ReplyDelete
  5. Berganti kewarganegaraan?? Tk prng tpikirkn oleh ku, msh kepengen mkn ma lalapn daun singkong,, sambel trasi,, di luar sana ada g ya...?? Oalah...ngaco...

    Oya,, aku dah follow blog ini lama..... bgt, tpi ko g prnah muncil d dasbor ya,, jdnya ktinggalan trus deh komennya...

    ReplyDelete
  6. tapi mengapa mereka yang ganti warga negara terlihat bangga ....

    kalo saya sih setia dg Negriku karna Aku Cinta Indonesia...

    ReplyDelete
  7. setuju sama kesimpulannya Andy nih :)

    ReplyDelete
  8. karena setiap orang memiliki ceritanya masing-masing... mencap orang lain "A" "B" atau "C" bukanlah tindakan bijaksana...
    karena bagaimanapun juga, kita tak pernah tau isi hati orang lain.. :)

    ReplyDelete
  9. Ketika org memilih utk bganti kwarganegaraan, mrk pasti punya alasan utk itu. Dlm hdp akan selalu ada pilihan2 yg menuntut kita utk memilih. Krn kita yg akan ngejalani, jd gk perlu takut dgn apa kata org..
    Setuju bgt dgn kesimpulannya mas.. Hdp adalah apa yg kita jalani hr ini tanpa byg2 masa lalu dan ketakutan2 dgn apa yg akan terjadi esok :-)

    ReplyDelete
  10. klo mnrtku kewarganegaraan itu cm status aja, bukan menunjukkan jiwa kita. Aku punya banyak tmn yg berganti warga negara, tp justru mereka yg lbh Indonesia, 'n sangat peduli Indonesia.

    ReplyDelete
  11. hubungan nasionalisme dengan kesimpulannya apa ya sob, btw saya setuju semua peryataannya

    ReplyDelete
  12. jadi inget ANggun C Sasmi
    DIa udah ganti jadi WN Perancis, tapi dia tetap cinta Indonesia dan kemana2 tetap bilang dia berasal dari Indonesia..

    ReplyDelete
  13. sbenarnya tinggal di belahan bumi manapun sama saja

    kewarganegaraan hanya administrasi

    ReplyDelete
  14. menghakimi orang yang pindah kewarganegaraan dengan pengkhianat? duh.., segitunya; mari hidup rukun saja, saling memahami dan berbagi....

    ReplyDelete
  15. ndak juga, banyak yang pindah mungkin karena kurang nyaman dan banyak juga yang masih pake kewarganegaraan indonesia lho walau udah lama di luar negeri :D

    Semua kan pilihan :D

    ReplyDelete
  16. Semua kerena korban dari politik, siapa yang menang menghabiskan lawannya dan dianggap tidak patriotik. Semoga saja keadilan dan kemakmuran berpihak pada semua lapisan masyarakat.

    ReplyDelete
  17. oom saya dan keluarganya berpindah kewarganegaraan. tapi saya rasa nasionalismenya masih jauh lebih baik daripada saya.

    ReplyDelete
  18. Ganti kewarganegaraan tentu pny alsan yg sangat kuat, sehingg dengan prosedurnya yg angil meerka tetap memilih ganti kewarganegaraan, maka artinya siapa pun yg pindah status warga negaranya tentu tdk asal-asalan dalam mengambil keputusan tersebut

    ReplyDelete
  19. Kunjungan perdana dan salam kenal gan..

    ReplyDelete
  20. Jangan pandang masa lalu dengan penuh penyesalan. jangan pula memandang masa depan dengan ketakutan. Tapi pandanglah sekitarmu dengan penuh kesadaran

    kalimat seperti inilah yang membuat saya termotivasi. setidaknya mulai detik saya membaca ini

    ReplyDelete
  21. kenyataannya begitu kok
    tapi biar aku suka benci ke negara ini, aku tetap mencintai tanah dan bangsa ini

    ReplyDelete
  22. biar Tuhan aja yang menilai :)

    ReplyDelete
  23. bener banget. Bagaimana bisa kita mengecap mereka penghianat kalau kita aja gak dalam posisi mereka. Kecuali yang udah jelas jelas bekerja sama dengan para penjajah dan malah bermusuhan dengan negara sendiri.

    ReplyDelete
  24. nice. kesimpulannya "dapet" banget! :)

    ReplyDelete
  25. Istilah penghianat itu tergantung pada sudutu pandang dan sudut kepentingan yang menggunakannya Mas Andy..Yah begitu kehidupan, bertambah kompleks dengan segala bahasanya yg ambigu...:)

    ReplyDelete
  26. agreed

    dalam bener inii...
    suka bgt sm kesimpulannya.
    sesuatu

    ^^

    ReplyDelete
  27. mau negara mana sj terserah asalkan msh muslim maka kita adalah satu tubuh (bersaudara)....

    ReplyDelete
  28. pandanglah dengan optimis......
    dan jangan pandang dengan birahiii...
    :P

    ReplyDelete

Komentar anda, secara tidak langsung. Merefleksikan kualitas diri anda yang sebenarnya.